Iklim Kabupaten Blitar


LAPORAN
KLASIFIKASI IKLIM KABUPATEN BLITAR
Untuk memenuhi tugas Matakuliah Geografi Regional Indonesia
yang dibina oleh bapak Drs. Marhadi Slamet Kistiyanto, M.Si







Disusun oleh:
Rizal Anggara Mukti            120721435435



UNIVERSITAS NEGERI MALANG
JURUSAN GEOGRAFI
OKTOBER 2014
MENGKLASIFIKASIKAN IKLIM KABUPATEN BLITAR
1.    TUJUAN
Mahasiswa mampu untuk mengklasifikasikan iklim di Kabupaten Blitar
2.    KAJIAN TEORI
A.  Iklim Junghuhn
Junghuhn melakukan klasifikasi iklim di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat dihubungkan dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan. Junghuhn membagi iklim menjadi empat zone/daerah iklim, yaitu:
a.    Zone Panas, daerah yang berada pada ketinggian 0 – 600 m dpl. Suhu udara rata-rata di atas 22°C. Tanaman budidaya yang cocok antara lain tembakau, kelapa, padi, jagung.
b.    Zone Sedang, ketinggian antara 600 – 1500 m dpl. Suhu udara antara 22°C - 17°C. Tanaman budidaya yang tumbuh antara lain tembakau, padi, kopi, teh, coklat, sayur-sayuran.
c.    Zone Sejuk, ketinggian antara 1500-2500 m dpl. Suhu udara antara 17°-11°C. Tanaman budidaya yang tumbuh antara lain kina, kopi, teh, sayur-sayuran,pinus.
d.    Zone Dingin, ketinggian 2500 m dpl ke atas. Suhu udara di bawah 11°C dan tidak ada tanaman budidaya yang tumbuh.

B.  Iklim Koppen
Wladimir Koppen (1846-1940) membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan rata-rata bulanan dan tahunan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkanpadaprinsip kelompokvegetasi. Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates) (Safi’i, 1995). 
Indonesia memiliki iklim tipe A yang merupakan iklim hujan tropis tanpa musim dingin. Iklim A mempunyai suhu bulan terdingin > 18°C (16,44°F) dengan suhu bulanan < 18°C tanaman tropis tertentu yang peka tidak dapat hidup, jadi wilayah iklim ini merupakan kawasan tanaman megaterm yang memerlukan suhu yang tinggi secara terus-menerus dan hujan melimpah. Kelompok iklim A, yaitu:
a.         Af (iklim basah tropis),  f: curah hujan pada bulan paling kering 60mm (2,4 inch). Iklim ini terdapat variasi musiman suhu minimum dan hujan yang tetap tinggi sepanjang tahun.
b.        Aw (iklim tropis, basah dan kering), w: musim kering yang jelas dalam periode musim dingin. Irama curah hujan musiman yang jelas, sekurang-kurangnya satu bulan <60 mm (2.4 inch). Suhu sama dengan Af.
c.         Am (muson) musim kering singkat, Am adalah tipe iklim antara Af dan Aw, menyerupai Af dalam jumlah hujan dan Aw dalam distribusi musiman. Curah hujan pada Aw dan Am bulan terkering <60mm.Iklim Am menunjukkan iklim tropis dimana jumlah curah hujan <60 mm selama satu bulan atau lebih tetapi pada bulan-bulan lainnya jumlah curah hujannya besar. Dengan keadaan seperti ini diduga bahwa tanaman tidak dipengaruhi oleh kekeringan untuk sementara waktu.

C.  Iklim Thornwhite
C.W. Thornthwaite (1933) membuat klasifikasi iklim berdasarkan pada curah hujan yang sangat penting untuk tanaman dan intensitas penguapan. Perhitungan ratio keefektifan curah hujan (precipitation effectiveness) atau ratio P-E, sebagai jumlah curah hujan bulanan dibagi dengan jumlah penguapan bulanan. Jumlah 12 bulan ratio P-E disebut indeks P-E.

Rumus:   Ratio P-E = 115 [ P/T-10]10/9
Indeks P-E =  [ Pi/Ti -10]10/9
P=Presipitasi bulanan dalam inch
T=Suhu bulanan rata-rata dalam



Tabel: Golongan Kelembaban menurut Thornthwaite
Golongan Kelembaban
Keefektifitasan Tanaman
Indeks P-E
1.                   Basah
Hutan hujan
≥128
2.                   Lembab
Hutan
64-127
3.                   Sub Humid
Padang rumput
32-63
4.                   Semi arid
Steppa
16-31
5.                   Arid
Gurun
<16

Selain itu Thornthwaite mengemukakan adanya efisiensi panas dengan menggunakan
Rumus:   Ratio T-E = [T-32]/4
Indeks T-E = [Ti -32]/4}
Tabel: Golongan Suhu menurut Thornthwaite
Golongan Suhu
Indeks T-E
A’ = Tropis
≥128
B’ = Mesothermal
64-127
C’ = Microthermal
31-63
D’ = Taiga
16-31
E’ = Tundra
1-15
F’ = Salju abadi
0
Masing-masing golongan kelembaban dan golongan suhu dikonfirmasikan dengan penyebaran curah hujan musiman. Penyebaran curah hujan musiman dibedakan:
r = curah hujan banyak pada setiap musim
s = defisit curah hujan pada musim panas
w = defisit curah hujan pada musim dingin
d = defisit curah hujan pada setiap musim

D.  Iklim Mohr
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan dalam satu bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan. Berdasarkan kriteria tersebut maka dicari bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering setiap tahun, sehingga dikemukakan 5 golongan iklim, yaitu:
Golongan I     : daerah basah, yang hampir tidak terdapat bulan kering
Golongan II    : daerah agak basah, yaitu daerah dengan bulan kering 1-2 bulan
Golongan III  : daerah agak kering, yaitu daerah dengan bulan kering 3-4 bulan
Golongan IV  : daerah kering, dengan 5-6 bulan kering
Golongan V    : daerah sangat kering, yaitu terdapat > 6bulan kering.
E.  Iklim Schmidt-Ferguson
Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan dengan banyaknya tahun pengamatan (Safi’i, 1995).
Schmidt dan Ferguson (1951) membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh pada daerah dengan tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut:
TIPE IKLIM

JENIS VEGETASI
Iklim A
Sangat Basah
Hutan hujan tropis
Iklim B
Basah
Hutan hujan tropis
Iklim C
Agak Basah
Hutan dengan jenis tanaman menggugurkan daun dimusim kemarau
Iklim D
Sedang
Hutan musim
Iklim E
Agak Kering
Hutan savana
Iklim F
Kering
Hutan savana
Iklim G
Sangat Kering
Padang ilalang
Iklim H
Ekstrim Kering
Padang ilalang
F.   Iklim Oldeman
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut.Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan (Tjasyono, 2004).
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5.
Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Zone B hanya dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun. Zone C, dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan sistem gogo rancah. Zone D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Zone E, penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik. (Oldeman, et al., 1980)
Tabel Klasifikasi Iklim menurut Oldeman

3.    HASIL PERHITUNGAN
A.    Data Curah Hujan dan Suhu Kabupaten Blitar 2004-2008
Tabel 1: Data Suhu Kabupaten Blitar
Bulan
Tahun
Jumlah
Rata-rata
2004
2005
2006
2007
2008
Januari
27,39
26.56
27,06
25,81
28,81
135,63
27,13
Pebruari
27,01
27,96
26,59
23,39
29,69
134,64
26,93
Maret
29,19
28,20
27,14
26,77
26,99
138,29
27,66
April
27,63
27,63
25,08
29,03
29,03
138,4
27,68
Mei
23,76
28,01
26,06
26,92
27,00
131,75
26,35
Juni
23,27
28,93
24,43
27,78
26,23
130,64
26,13
Juli
23,25
27,66
23,75
24,75
25,90
125,31
25,06
Agustus
24,47
23,66
24,49
25,01
25,85
123,48
24,69
September
26,02
26,21
26,30
26,63
26,23
131,39
26,28
Oktober
27,26
25,74
27,96
27,19
26,19
134,34
26,87
November
28,16
27.09
26,83
28,15
25,93
136,16
27,23
Desember
27,44
25,50
24,92
25,66
26,56
130,08
26,02
Jumlah
314,85
323,15
310,61
317,09
324,41
1590,11
318,02
Tabel 2: Data Curah Hujan Kabupaten Blitar
Bulan
Tahun
Jumlah
Rata-rata (mm)
Rata-rata (inch)
2004
2005
2006
2007
2008
Januari
239
283
347
55
127
1051
210,2
8,27
Pebruari
313
203
139
279
217
1151
230,2
9,06
Maret
157
274
225
402
270,5
1328,5
265,7
10,46
April
110
171
190
283,5
110
864,5
172,9
6,81
Mei
74
0
48
166
15
303
60,6
2,39
Juni
0
27
0
86
5
118
23,6
0,93
Juli
0
214
0
25
0
239
47,8
1,88
Agustus
0
10
0
0
0
10
2
0,08
September
18
8
0
0
0
26
5,2
0,20
Oktober
11
180
0
99
77
367
73,4
2,89
November
213
88
43
237
141
722
144,4
5,68
Desember
415
575,5
206
510
181
1887,5
377,5
14,86
Jumlah
1550
2033,5
1225
2142,5
1143,5
8094,5
1618,9
63,50



Tabel 3 : Ketinggian dan Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Blitar
No.
Kecamatan
Ketinggian
Luas
1.
Bakung
160
111,24
2.
Wonotirto
387
164,54
3.
Panggungrejo
310
119,04
4.
Wates
420
68,76
5.
Binangun
243
76,79
6.
Sutojayan
150
44,20
7.
Kademangan
246
105,28
8.
Kanigoro
183
55,55
9.
Talun
221
49,78
10.
Selopuro
192
39,29
11.
Kesamben
222
56,96
12.
Selorejo
293
52,23
13.
Doko
349
70,95
14.
Wlingi
282
66,36
15.
Gandusari
348
88,23
16.
Garum
276
54,56
17.
Ngegok
325
92,56
18.
Sanankulon
212
33,33
19.
Ponggok
162
103,83
20.
Srengat
133
53,98
21.
Wonodadi
105
40,35
22.
Udanawu
123
40,98
Kabupaten Blitar
167
1588,79

Data Potensi Kabupaten Blitar 2010
No.
Jenis Potensi
Luas Lahan (Ha)
Produksi (Ton)
1.
Padi Sawah
49.662
290.914
2.
Jagung
46.594
260.134
3.
Tebu
6358
499.712,85
B.     Klasifikasi Iklim Kabupaten Blitar
1.    Iklim Junghuhn
Kabupaten Blitar mempunyai ketinggian kurang lebih 167 meter diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata diatas 22°C. menurut klasifikasi iklim berdasarkan Junghuhn maka daerah ini termasuk Zona Panas. Oleh karena itu tanaman yang banyak dibudidayakan di blitar  adalah tanaman padi, jagung dan tebu. Hal ini sesuai dengan klasifikasi iklim junghuhn
Gambar 1: klasifikasi iklim Junghuhn
2.    Iklim KÓ§ppen
Berdasarkan data suhu dan curah hujan Kabupaten Blitar dapat diketahui
-Suhu bulan terdingin 24,69°C, daerah ini termasuk tipe iklim A.
-Curah Hujan pada Bulan Terkering 2 mm
Batas antara Am dan Aw
w
Berdasarkan perhitungan diatas menurut klasifikasi iklim Koppen maka Kabupaten Blitar termasuk dalam tipe iklim Aw.
3.    Iklim Thornthwaite
Tabel 3: Perhitungan Ratio P-E dan T-E untuk tipe iklim Thornthwaite
Bulan
Suhu (F°)
CH (inch)
Ratio P-E
Ratio T-E
Januari
80,834
8,27559
10,84
12,2085
Pebruari
80,474
9,06299
12,05
12,1185
Maret
81,788
10,4606
13,82
12,447
April
81,824
6,80709
8,61
12,456
Mei
79,43
2,38583
2,82
11,8575
Juni
79,034
0,92913
1,01
11,7585
Juli
77,108
1,88189
2,26
11,277
Agustus
76,442
0,07874
0,07
11,1105
September
79,304
0,20472
0,19
11,826
Oktober
80,366
2,88976
3,43
12,0915
November
81,014
5,68504
7,15
12,2535
Desember
78,836
14,8622
21,30
11,709
Jumlah


83,55
143,114
Sumber: bappeda kabupaten blitar

Berdasarkan tabel perhitungan ratio P-E dan T-E dapat diketahui
o   Indeks P-E = 83,55. Termasuk golongan B yakni daerah lembab dengan keefektifan tanaman berupa hutan.
o   Indeks T-E = 143,114. Termasuk golongan suhu A′ = tropis.
Menurut Thornthwaite, Kabupaten Blitar memiliki tipe iklim BA′w termasuk daerah tropis lembab dengan keefektifan tanaman berupa hutan dan defisit curah hujan terjadi pada musim dingin.

4.    Iklim Mohr

2004
2005
2006
2007
2008
Rata-rata
BB (Mohr)
6
7
5
6
6
6
BK (Mohr)
5
4
7
4
5
4
BL (Mohr)
1
1
0
2
1
2
Golongan
IV
III
V
III
IV
III

Klasifikasi iklim menurut Mohr bahwa Kabupaten Blitar termasuk Golongan III (daerah agak kering) karena memiliki 3-4 bulan kering.

5.    Iklim Schmidt Dan Ferguson
Harga quotient Q = 66,67% termasuk tipe iklim D, memiliki iklim sedang dengan vegetasi hutan musim
Q=66,67%

             6.     Iklim Oldeman
-          Rata-rata bulan basah berurutan = 3               D
-          Rata-rata bulan kering berurutan = 6              3










Menurut klasifikasi iklim menurut Oldeman, Kabupaten Blitar termasuk dalam tipe iklim D3 dengan interpretasi agroklimat lahan pertanian yaitu satu kali panenan tanaman padi dan satu kali panenan tanaman pangan sekunder dalam satu tahun.
        7.     Klimatograf Kabupaten Blitar
C.     Analisis Hasil
Dari hasil perhitungan berbagai klasifikasi iklim menunjukaan bahwa Kabupaten Blitar termasuk kedalah daerah iklim agak kering berhutan musim, kering dimusim dingin, vegetasi yang cocok dengan ketinggian ini di kabupaten blitar adalah padi, jagung, dan tebu. Jenis tanaman yang cocok dengan iklim di kabupaten blitar ini sesuai dengan komoditas utama kabupaten blitar yang bergerak disekotor utama perkebunan dan pertanian. Pada sektor pertanian secara umum petani menanam padi di musim penghujan serta jagung dimusim kering sebagai tanaman pangan sekunder.
Persebaran daerah persawahan dan kebun tebu ini berada di Kabupaten Blitar bagian tengah hingga ke selatan. zona ini secara umum adalah sawah padi jangung dan kebun tebu. Sedangkan wilayah bagian utara adalah perkebunan tahunan seperti kopi, teh dan cengkeh. Hal ini dipengaruhi morfologi bagian tengah dan selatan lebih landai dari pada bagian utara yang berbukit-bujit karena lereng dari gunung kelud.
Masyarakat Kabupaten Blitar kebanyakan berprofesi sebagai petani yang menggarap sawah baik menyewa, buruh atau menggarap lahan sendiri. Mata pencaharian masyarakat umumnya sebagai petani sawah dan petani tebu. Pemukimannya di daerah persawahan kebanyakan beratapkan lebih tinggi karena dapat mengurangi suhu yang panas.  

D.     Daftar Pustaka
Hari Utomo, Dwiyono. 2009. Diktat Meteorologi Klimatologi dalam Studi Geografi. Malang: Laboratorium Geografi UM
BAPPEDA Kabupaten Blitar. 2010. Kabupaten Blitar dalam Angka 2010. Blitar: BAPPEDA Kabupaten Blitar

www.blitarkab.go.id̸2012̸06/900.html (diakses tanggal 18 otober 2014)

Comments

Popular posts from this blog

Pendekatan Geografi dalam kehidupan sehari hari

Geomorfologi Papua