Jurnal Geografi Hewan dan Tumbuhan
PENGELOLAAN
BUDIDAYA AYAM PETELUR TANPA LIMBAH DI LAHAN KAPUR KECAMATAN KADEMANGAN
KABUPATEN BLITAR
Rizal
Anggara Mukti
Abstrak : Lahan kapur
merupakan daerah yang kurang produktif. Masyarakat lahan kapur secara umum
berada di lapisan ekonomi bawah. Budidaya ayam petelur merupakan salah satu
usaha untuk menigkatkan perekonomian. Namun budidaya ayam ini secara umum
menyebabkan pencemaran air dengan kotoran ayam atau bau yang tidak sedap di
lingkungan peternakan. Kecamatan Kademangan merupakan daerah yang banyak
terdapat pembudidaya ayam petelur. Budidaya ayam di kawasan ini berkembang
pesat karena lingkungan mendukung serta pengelolaan budidaya tanpa limbah.
Lahan kapur berpengaruh terhadap pengelolaan limbah di Kecamatan Kademangan.
Karena kandungan kapur dapat meminimalisir zat amoniak penyebab bau dari
kotoran, serta kapur ini dapat meningkatkan kualitas pupuk karena
mempertahankan unsur nitrogen dalam pupuk. Pupuk organik dari limbah ayam ini
menjadi lebih bernilai ekonomis. Maka terwujudlah budidaya ayam petelur tanpa
limbah di Kecamat Kademangan Kabupaten Blitar.
Kata Kunci : lahan kapur, budidaya ayam petelut, limbah
Pendahuluan
Lahan
kapur merupakan daerah yang memiliki daya infiltrasi tinggi. Sehingga lahan ini
tak dapat menyimpan air dipermukaan, air langsung terserap ke bagian dalam
lapisan. Dengan demikian lahan kapur memiliki karakteristik yang kering,
tandus, dan tingkat kesuburannya rendah. Kondisi sosial masyarakat yang tinggal
di lahan kapur secara umum berada dilapisan ekonomi bawah. Hal ini mengingat
lahan yang kurang produktif tersebut. Porositas sekunder yang berupa celah
ataupun rekah pada batuan karst sangat mudah mengalirkan air permukaan
yang terpolusi masuk ke akuifer. Air permukaan yang terpolusi tidak terfiltrasi
dengan baik dalam perjalanannya menuju akuifer karena jarangnya vegetasi
dan tipisnya solum tanah. Tingginya permeabilitas batuan karst mengakibatkan
air dipermukaan sangat jarang. Air permukaan hanya dijumpai pada telaga-telaga
karst yang jumlahnya juga sangat jarang. Kekeringan merupakan fenomena
yang paling sering dijumpai pada permukaan lahan karst di berbagai tempat di
dunia. (Budiyanto, Eko. 2012. Karakteristik Tentang Lahan Karst. Geomorfologi
Karst). Keadaan
yang tidak produktif ini membuat masyarakat berpindah sektor usaha
yang semula pertanian menjadi usaha lain. Budidaya ayam peternak merupakan
salah satu sektor yang dijadikan usaha masayarakat lahan kapur.
Budidaya
ayam petelur merupakan usaha yang memerlukan modal besar. Selain modal daya
dukung lingkungan perlu untuk diperhatikan. Hal ini karena bentuk limbah berupa
kotoran yang berbau dapat mengganggu lingkungan. Bau kotoran bisa ngat
mengganggu apabila kandang dekat dengan pemukiman. Oleh karena itu perlu adanya
standarisasi dan pedoman untuk menjadikan budidaya ayam petelur yang ramah
lingkungan. Dalam peternakan memiliki standar yang telah diatur sesuai
KEPMENTAN no. 425/KPTS/OT
210/7/2001 yang berisi pedoman budidaya ternak ayam petelur.
Blitar
Selatan khususnya Kecamatan Kademangan memiliki lahan berupa kapur. Namun budidaya ayam petelur di
Kademangan menjadi sektor usaha utama. Hal ini karena didukung oleh berbagai
faktor, baik dari fisik maupun sosial masyarakat. Faktor fisik yang mendorong
sektor ini berkembang adalah lahan kapur serta daerah Kademangan yang masih
jauh dari perkotaan menjadikan lingkungan masih tenang dan populasi yang tak
terlalu padat. Bentuk pengolahan limbah yang ramah lingkungan mendukung usaha
budidaya ayam ini berkembang. Faktor sosial adalah masyarakat yang mempunyai
motivasi tinggi untuk mengembangkan tingkat perekonomian. Persatuan antar
peternak untuk membentuk kelompok-kelompok akan semakin memperkuat usaha
mereka. hingga saat ini terbentuk aglomerasi di daerah lahan kapur ini.
Lahan
kapur sebenarnya kering, tandus, serta kurang produktif. Tetapi menjadi pusat
budidaya ternak ayam petelur yang terus berkembang. Peternak telur juga
mengempok di Kademangan, walaupun banyaknya peternakan namun lingkungan tetap
terjaga. Hal ini yang akan dikaji. Pengaruh lahan kapur terhadap budidaya ayam
petelur. Pengolahan limbah yang ramah lingkungan perlu dikaji untuk terwujudnya
budidaya ternak ayam petelur yang ramah lingkungan di tempat lain. Peningkatan
perekonomian masyarakat lahan kapur dengan budidaya ayam petelur.
Metode
Penelitian
ini menggunakan metode observasi lapangan serta kajian teoritik. Observasi
dilakukan di Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Analisis penelitian ini
adalah pengaruh lahan kapur terhadap budidaya ternak ayam petelur. Berdasarkan
analisis maka objek penelitian adalah lahan kapur, peternak ayam petelur,
limbah ternak, serta lingkungan peternakan. Selain itu penelitian
ini juga menggunakan sumber informasi lain berupa media cetak, internet serta
buku referensi yang mendukung penelitian ini.
Hasil
Karakteristik
Lahan Kapur
Lahan kapur
memiliki karakteristik tanah keringdan tandus. Lahan ini memiliki daya serap
air yang tinggi. Sehingga air yang berada pada permukaan tanah sangat sedikit
persediaannya. Tanah yang berwarna kuning ke putihan berasal dari warna batuan
kapur. Oleh karena itu pada lahan ini suhu lebih panas selain itu didukung oleh
tak adanya air untuk proses penguapan.
Porositas
sekunder yang berupa celah ataupun rekah pada batuan karst sangat mudah
mengalirkan air permukaan yang terpolusi masuk ke akuifer. Air permukaan yang
terpolusi tidak terfiltrasi dengan baik dalam perjalanannya menuju
akuifer karena jarangnya vegetasi dan tipisnya solum tanah. Tingginya
permeabilitas batuan karst mengakibatkan air dipermukaan sangat jarang. Air
permukaan hanya dijumpai pada telaga-telaga karst yang jumlahnya juga
sangat jarang. Kekeringan merupakan fenomena yang paling sering dijumpai
pada permukaan lahan karst di berbagai tempat di dunia. (Budiyanto, Eko. 2012.
Karakteristik Tentang Lahan Karst. Geomorfologi Karst)
Lahan kapur merupakan lahan yang tersusun atas bebatuan kapur yang memiliki
unsur hara sangat sedikit bahkan tidak terdapat. Sehingga tanah ini memiliki
sifat yang kurang subur. Namun kapur dalam tanah memiliki kandungan kalsium dan
magnesium dalam tanah. kadungan ini biasanya terasosiasi dengan karbonat. Komposisi
utama batuan kapur adalah kalsium karbonat (CaCO3), magnesium karbonat (MgCO3),
silika, dan alumina. Kapur yang ada di pasaran biasanya diperoleh sebagai hasil
kalsinasi batuan kapur. (Kusnoputranto & Jaya 1984).
Budidaya
Ayam Petelur
Ayam telah
dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakan ayam petelur
sudah dijumpai di seluruh pelosok Indonesia terutama ada di Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi
peternakan ayam telah menyebar di Asia dan Afrika serta sebagian Eropa.
-
Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:
a.
Tipe Ayam Petelur Ringan.
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur
ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar.
Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur
murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan
komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam
petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur
putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun
produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur
saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena
dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas
dan keributan, dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya
akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan.
b.
Tipe Ayam Petelur Medium.
Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya
masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena
itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus,
tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat
menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe
dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam
petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran
orang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau
dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang
putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah
harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal
ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya
telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam
petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang
enak.
-
Manfaat ayam petelur
Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat
baik dipakai sebagai plasma nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil
kotoran dan limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang
dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas).
Sedangkan seperti usus dan jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak
unggas setelah dikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara
keagamaan.
-
Hasil Budidaya
a.
Hasil
Utama
Hasil
utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkan oelh ayam.
Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan
isi tlur yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan
pertama pada pagi hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan kedua pukul
13.00-14.00; pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecek seluruh kandang
dilakukan pada pukul 15.00-16.00.
b.
Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil
budidaya ayam petelur adalah daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan
kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan pupuk kandang.
c.
Pengumpulan
Telur yang telah dihasilkan diambil dan
diletakkan di atas egg tray (nampan telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan
telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara telur yang normal
dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya
mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal
misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting,
bentuknya lonjong.
d.
Pembersihan
Setelah
telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau
tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan
amplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih.
Biasanya pembersihan dilakukan untuk telur tetas. (Santoso, Urip. 2011.
Budidaya Ayam Petelur gallus sp.)
Budidaya ayam
petelur di Kademangan lebih mUdah berkembang karena proses pengaturan usaha
yang memudahkan peternak untuk berusaha. Cara yang dilakukan adalah dengan
sistem pinjaman untuk biaya pakan. Jadi peternak tidak terlalu dibebani dengan
modal yang besar untuk memulai usaha ternak. Selain hal itu persatuan diantara
kelompok yang mendukung serta saling bertukar pengalaman antar peternak untuk
meningkatkan hasil produksi. Sehingga kuantitas produksi terus meningkat dari
waktu ke waktu.
Tabel 1.1 jumlah populasi ayam
petelur dari tahun 2007-2012 Kabupaten Blitar
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
14.370.800
|
14.387.454
|
14.499.100
|
14.727.200
|
15.467.600
|
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten
Blitar
Tabel 1. 2 jumlah populasi unggas
menurut per-kecamatan Kabupaten Blitar tahun 2011 (ekor)
No.
|
Kecamatan
|
Ayam Kampung
|
Ayam
Petelur
|
Ayam Pedaging
|
Itik
Manila
|
1.
|
Kademangan
|
132.561
|
2.433.600
|
113.610
|
50.880
|
2.
|
Ponggok
|
120.880
|
2.304.600
|
327.285
|
65.733
|
3.
|
Srengat
|
105.884
|
2.292.600
|
305.550
|
58.956
|
4.
|
Kanigoro
|
107.957
|
1.536.400
|
343.560
|
12.118
|
5.
|
Talun
|
324.792
|
1.319.900
|
134.610
|
55.730
|
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten
Blitar
Dari
tabel diatas terjadinya pengelompokan – pengelompokan ayam di masing-masng
wilayah. Pengelompokan dalam jumlah besar ini dipengeruhi oleh faktor manusia.
Manusia yang membuat persebaran antar wilayah berbeda. Hal ini disesuaikan oleh
kebutuhan manusia. Dalam hal ini manusia sebagai faktor yang mempengaruhi
persebaran hewan di tiap daerah.
Hasil
Produksi
Hasil
Produksi telur menjadi produksi utama di Kabupaten Blitar. Besarnya produksi
ini merupakan akumulasi dari lima kecamatan yang memproduksi telur terbesar.
Kecamatan Kademangan memiliki produksi terbesar. Hal ini karena jumlah populasi
budidaya ayam petelur yang besar di Kecamatan Kademangan. Serta dukungan
lingkungan untuk mengembangkan budidaya ayam petelur didaerah tersebut. Peternakan
ayam ras petelur sangat berpengaruh pada sektor peternakan di Kabupaten Blitar,
populasi ayam ras petelur mencapai 15.467.600 ekor meningkat 5,03 persen dari
tahun sebelumnya yakni sebanyak 14.727.700 ekor pada tahun 2009. (BPS. 2011.
Blitar Dalam Angka 2011)
Tabel 1.3 jumlah produksi ayam
petelur dari tahun 2007-2012 Kabupaten Blitar (butir)
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
125.181,0
|
125.326,1
|
126.298,6
|
128.285,6
|
134.735,0
|
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten
Blitar
Tabel 1.4 Produksi Telur per-kecamatan
Kabupaten Blitar tahun 2011 (butir)
No.
|
Kecamatan
|
Jumlah produksi
|
1.
|
Kademangan
|
21.198,6
|
2.
|
Ponggok
|
20.074,9
|
3.
|
Srengat
|
19.970,4
|
4.
|
Kanigoro
|
13.296,2
|
5.
|
Talun
|
11.497,4
|
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten
Blitar
Aglomerasi
Aglomerasi peternak ayam petelur di Kademangan,
dapat terjadi karena lahan kapur yang kering serta kepadatan penduduk yang
masih lebih sedikit dari pada perkotaan. Daya dukung lingkungan senantiasa
memudahkan peternak untuk berkembang. Terjalin eratnya hubungan antar peternak
untuk bertahan dan saling membantu. Sistem pengepul yang memudahkan peternak
untuk memulai usaha ternak karena sistem pinjamam membuat modal awal yang tak
terlalu besar. Kondisi sosial masyarakat yang ulet untuk meningkatkan
perokonomian daerah. Aglomerasi
muncul ketika sebuah industri memilih lokasi untuk kegiatan produksinya yang
memungkinkan dapat berlangsung dalam jangka panjang sehingga masyarakat akan
banyak memperoleh keuntungan apabila mengikuti tindakan mendirikan usaha
disekitar lokasi tersebut. (Marshall)
Aglomerasi menurut teori lokasi
modern merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas ekonomi,
aglomerasi juga menjadi salah satu faktor disamping keunggulan komparatif dan
skala ekonomi menjelaskan mengapa timbul daerah-daerah dan kota-kota (Soepono,
2002). Terdapat dua macam aglomerasi, yaitu aglomerasi produksi dan aglomerasi
pemasaran (Soepono, 2002). Dikatakan aglomerasi produksi bilamana tiap
perusahaan yang mengelompok/kluster atau beraglomerasi mengalami eksternalitas
positif di bidang produksi, artinya biaya produksi perusahaan berkurang pada
waktu produksi perusahaan lain bertambah. (M, Firmansyah. 2010. Aglomerasi
Usaha dan Implikasinya bagi Kebijakan)
Manur Ayam Petelur
Manur merupakan limbah dari budidaya ayam petelur.
Jumlah manur yang dihasilkan bergantung pada skala budidaya ayam. Semakin besar
budidaya maka semakin banyak pula menur yang dihasilkan setiap harinya.
Penanganan limbah ini akan menjadi maslah apabila tidak diolah dengan benar.
Karena manur ini akan menghasilkan bau yang tak sedap. Dengan demikian akan
mengganggu lingkukungan di sekitar lokasi budidaya ayam petelur. Selain bau
dapak negatif lain adalah pencemaran air manur.
Manur, hasil produksi peternakan selain daging dan
telur ayam, mengandung unsur-unsur N, P, dan K yang merupakan nutrisi bagi
tanaman. Akan tetapi, manur menjadi masalah bagi lingkungan jika jumlahnya
berlebih. Gas H2S dan NH3 yang dihasilkan oleh manur merupakan polutan berbau
yang sangat dominan dalam menimbulkan efek merugikan terhadap ternak dan
manusia.
Nitrogen dalam manur hewan terdapat dalam 2 bentuk,
yaitu nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen organik, misalnya protein, akan
diubah secara berangsur-angsur oleh mikrob tanah menjadi nitrogen anorganik.
Nitrogen anorganik dalam manur sebagian besar berbentuk kation amonium yang
stabil di dalam tanah dan terikat pada permukaan partikel lempung. Apabila ion
amonium ini terakumulasi pada tempat penyimpanan manur, keberadaan air akan
menyebabkan pengikatan oksigen air oleh amonium yang menghasilkan nitrit dan
nitrat melalui proses nitrifikasi (Pettigrew 1992). Proses nitrifikasi terjadi
dengan adanya bakteri Nitrosomonas yang mengoksidasi amonium menjadi
nitrit, yang selanjutnya oleh bakteri Nitrobacter diubah menjadi
nitrat. Nitrat tidak terikat pada
partikel lempung sehingga dapat larut terbawa aliran air dan menimbulkan
pencemaran air. Bakteri dari spesies Pseudomonas akan mengubah nitrat
menjadi NH3. ini terjadi pada kondisi netral atau basa (Pettigrew 1992).
(Charlena, Irma H Suparto, M Farid Humaidi.
Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Pelepasan Gas Nh3 pada Manur Ayam Petelur)
Sebetulnya manur ayam dapat bernilai ekonomis
apabila diproses lebih lanjut dengan dijadikan sebagai pupuk organik ataupun
pakan ternak lain. Pupuk organik yang berasal dari
kotoran ayam mempunyai kandungan unsur hara yang beragam, akan tetapi
ditetapkan suatu kesimpulan bahwa unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik
atau pupuk kandang rata-rata 0,5% nitrogen; 0,25% P2O5; dan
0,5% K2O.
Pupuk kandang dengan kandungan unsur hara seperti konsentrasi tersebut di atas
sudah dikatakan berkualitas baik (HAKIM, 1986). Maka dari itu perlu
untuk mengetahui proses pengolahannya agar dapat terjadi budidaya ternak ayam
petelur yang tanpa limbah (zero waste).
Manur ayam terdiri atas feses yang berasal dari usus
besar dan urine yang berasal dari ginjal (Ensminger 1992). Seekor ayam
diperkirakan menghasilkan 0.15 kg manur/hari, yang mengandung 4.8% nitrogen,
1.8% fosforus, 1.8% kalium, dan 5.5% kalsium. Nitrogen yang berasal dari
protein akan menguap dan jumlahnya berkurang jika dibiarkan terlalu lama di
tempat penampungan.
Jumlah air yang diekskresikan bersama manur
bergantung pada konsumsi air oleh ayam. Kandungan protein yang tinggi pada
ransum ayam petelur menyebabkan kadar air manurnya juga tinggi, yaitu sekitar
80% (Patrick 1995; Lesson et al. 1995). Kelebihan nitrogen yang berasal
dari protein ransum tersebut akan dibuang dalam bentuk asam urat dalam urine,
proses yang memerlukan banyak air (Sujono et al. 2001). (Charlena, Irma H Suparto, M Farid Humaidi.
Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Pelepasan Gas Nh3 pada Manur Ayam Petelur)
Dari aglomerasi budidaya ayam petelur di Kecamatan
Kademangan. Terdapat ayam petelur sejumlah 2.433.600 ekor di daerah ini, apabila
seekor ayam menghasilkan 0,15kg. Maka
Manur yang dihasilkan oleh ayam perhari di Kecamatan Kademangan sebanyak
365.040 Kg atau 365 ton lebih. Jadi perlunya pengelolaan manur ini untuk
mengolah limbah menjadi lebih ekonomis. Mengingat banyaknya limbah yang
dihasilkan.
Pengaruh
Lahan Kapur terhadap Limbah Ayam Petelur
Lahan kapur yang
tersusun atas batuan kapur yang kaya akan kalsium dan magnesium. Budidaya ayam
petelur di lahan kapur secara umum memiliki limbah kotoran ayam yang tak
terlalu berbau. Kondisi lahan yang mendukung ini mendudung peternak untuk
mengembangkan usahanya. Serta limbahnya dapat dijadikan pupuk dengan kualitas
baik untuk pertanian.
Pada peternakan ayam,
kapur dapat digunakan untuk membersihkan lantai kandang, mengeringkan, dan
mengurangi bau dari kotoran ayam. Komposisi utama dari batuan kapur yang
dipakai adalah CaCO3 dan MgCO3. Kapur yang tersedia di pasaran biasanya
sudah mengalami proses kalsinasi dengan pemanasan, sehingga berada dalam bentuk
CaO, MgO. Kapur juga sejak lama digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah
pertanian.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan kapur 1% dan 3% pada kotoran ayam dapat mengurangi
pelepasan gas amonia dan H2S secara nyata, pH kotoran menjadi lebih
tinggi, namun masih dalam kisaran 7,77-8,42. Pada Gambar 1 terlihat jelas
pengaruh penggunaan kapur terhadap pembentukan rata-rata gas amonia dan H2S
selama 14 hari masa dekomposisi (HUTAMI, 1997).
Penggunaan kapur pada kotoran ayam selain mengurangi cemaran amonia ke udara, juga pupuk yang dihasilkan akan mengandung nitrogen yang cukup tinggi, karena tidak banyak nitrogen yang hilang sebagai amonia. Kehilangan nitrogen pada kotoran merupakan kerugian bagi para peternak, karena pupuk yang dihasilkan kualitasnya akan berkurang, kandungan nitrogennya menjadi lebih rendah. (Rachmawati, Sri. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam)
Gambar 2.1
Pengaruh pemberian kapur terhadap pelepasan amonia dan hidrogen sulfida. Sumber:
HUTAMI, 1997
Pengelolaan Limbah Ayam Petelur
Pengolaan limbah budidaya ayam
petelur di Kecamatan Kademangan. Limbah yang dihasilkan dari budidaya adalah
berupa kotoran ayam atau menur dan polusi udara akibat bau kotoran. Dengan
pembudidayaan ayam di lahan kapur, maka
kotoran ayam yang menjadi penyebab bau dapat diminimalisir. Karena
kotoran yang bercampur dengan kapur, kandungan kapur mengikat gas amoniak dari
kotoran untuk tidak keluar. Pengikatan gas amoniak oleh kapur ini menjadikan
kandungan amoniak dalam kotoran menjadi besar. Gas amoniak berasal dari unsur
nitrogen, sehingga kotoran ayam kaya akan unsur nitrogen. Hal ini menjadikan
kotoran ayam dapat dijadikan pupuk organik tanaman yang berkualitas baik.
Dengan demikian pupuk organik dari kotoran ayam lahan kapur dapat bernilai
lebih ekonomis, karena kualitasnya yang baik.
Limbah kotoran ayam di Kecamatan
Kademangan jumlahnya besar. Karena setiap harinya dapat memproduksi kotoran
sebanyak 365 ton. Hal ini menjadi potensi besar untuk peningkatan perekonomian
masyarakat karena apabila dikumpulkan serta diolah secara optimal dapat
dijadikan industri pupuk sederhana. Menghasilkan tambahan hasil sampingan untuk
para pembudidaya. Selain budidaya menjadi ramah lingkungan karena tanpa limbah.
Kesimpulan
Lahan kapur sebagai lahan yang
kurang produktif untuk pertanian dapat dialihkan untuk budidaya ayam petelur.
Kandungan kapur pada lahan dapat meminimalisir dampak lmbah ayam petelur
terhadap lingkungan sekitar peternakan. Kandungan kapur juga dapat meningkatkan
kualitas pupuk organik dari kotoran ayam petelur. Sehingga pupuk organik ayam
petelur Kecamatan Kademangan lebih bernilai ekonomis karena kualitas yang baik.
Budidaya ayam petelur yang sesuai
dengan lahan, menjadikan terbentuknya aglomerasi di daerah ini. Pengelompokan
pembudidaya ayam petelur ini selain lahan juga memudahkan peternak untuk
berusaha karena dengan pinjaman modal. Peternak yang baru tak sulit untuk memulai
usaha. Serta pengelolaan limbah yang baik meningkatkan daya dukung lingkungan.
Serta menambah pemasukan pembudidaya.
Daftar
Rujukan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 425/Kpts/Ot.210/7/2001
Budiyanto, Eko. 2012. Karakteristik
Tentang Lahan Karst Geomorfologi Karst. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Santoso, Urip. 2011. Budidaya Ayam Petelur gallus sp.
Badan Pusat
Statistik Kabupaten Blitar. 2011. Blitar Dalam Angka 2011. Blitar: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Blitar.
M, Firmansyah. 2010. Aglomerasi Usaha dan Implikasinya bagi
Kebijakan
Charlena, Irma H Suparto, M Farid Humaidi. Pengaruh
Penambahan Kapur Terhadap Pelepasan Gas Nh3 pada Manur Ayam Petelur. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Rachmawati,
Sri. 2000. Upaya Pengelolaan Lingkungan
Usaha Peternakan Ayam. Bogor: Balai Penelitian Veteriner
Comments
bagus gak ayam petelur bila kandang nya terdapat di tengah sawah/ladang ??
makasih :-)
jd kalau menurur saya kurang baik.. lebih baik digunakan dilahan kurang produktif.