Geografi Penduduk : Mortalitas

BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang
               Jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan yang disebabkan oleh beberapa factor yaitu kelahiran, kematian dan migrasi atau perpindahan penduduk. Pertumbuhan penduduk tidak sama pada berbagai tempat, begitu pula di setiap daerah, provinsi, atau kota yang ada di Indonesia. Pertumbuhan penduduk di daerah tertentu lebih besar di bandingkan dengan daerah lainnya, contohnya : Kota Malang yang merupakan pusat pendidikan sehingga pertumbuhan penduduknya lebih besar dibandingkan daerah lainnya hal ini salah satunya disebabkan oleh migrasi, dimana mereka yang ingin mendapatkan pendidikan yang tidak ada di tempat tinggal mereka sebelumnya dan ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar jumlah sekolah, guru, sarana prasarana yang harus disediakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut. Kualitas sumber daya manusia pada suatu daerah dipengaruhi tingkat pendidikan, misalnya di suatu negara kebanyakan pendidikannya rendah, maka sumber daya manusianya rendah. Keterkaitan erat antara demografi dengan pendidikan sangat berperan penting, karena dengan ketersediaan data demografi. Faktor-faktor demografi, diantaranya dengan melalui sensus penduduk, survei, ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas untuk membantu dalam perumusan kebijakan misalnya menentukan besar anggaran untuk  bidang pendidikan.Melihat beberapa peranan penting dimana faktor pendidikan mempengaruhi kondisi demografi.
Pada pembahasan kali ini  penulis mengambil judul “Mortalitas”.

I.II Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan mortalitas?
2.      Apa sajakah Faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas?
3.      Bagaimana cara menghitung mortalitas?
4.      Apa penyebab faktor endogen dan eksogen pada kematian anak?
5.      Bagaimana mekanisme penurunan kematian bayi?

I.II Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian mortalitas
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas
3.      Untuk mengetahui perhitungan mortalitas
4.      Untuk mengetahui penyebab faktor endogen dan eksogen pada kematian anak
5.      Untsuk mengetahui mekanisme perawatan bayi
I.IV Manfaat
1.      Dapat bermanfaat untuk semua mahasiswa khususnya mahasiswa geografi
2.      Diharapkan dapat menjadi sumber referensi

BAB ll
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode waktu tertentu.
Menurut PBB dan WHO, mortalitas/kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Still birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di suatu wilayah.
Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian mortalitas adalah:
a. Neo-natal death adalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum berumur satu bulan.
b. Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin (fetal death) adalah kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi dari ibunya pada saat dilahurkan tanpa melihat lamanya dalam kandungan.
c. Post neo-natal adalah kematian anak yang berumur antara satu bulan sampai  dengan kurang dari satu tahun.
d. Infant death (kematian bayi) adalah kematian anak sebelum mencapai umur satu tahun.
Indonesia mempunyai angka kelahiran dan angka kematian lumayan tinggi. Pada tahun 2010 CIA World Factbook menggolongkan Indonesia mempunyai urutan kematian ke 73 di dunia yang masuk pada negara-negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akibat dari masih tingginya tinggkat kelahiran dan walaupun di Indonesia sudah mulai menurunnya tingkat kematian.
Harapan Hidup Manusia Di Indonesia adalah 71.5 tahun, pengeluaran untuk kesehatan di Indonesia adalah 1,2% dari GDP Indonesia, sangat kecil, sehingga penanggulangan dan pencegahan penyakit di Indonesia sangat rendah hal ini dibuktikan dengan tingkat keselamatan ibu dari 100.000 kelahiran adalah 420 ibu meninggal saat melahirkan, Bandingkan dengan peringkat 1 yaitu Norwegia, yang harapan hidupnya mencapai 81 tahun lebih lama 10 tahun dari Indonesia, hal ini karena pemerintah Norwegia sangat mementingkan kesehatan warganya terbukti pengeluaran pemerintah untuk kesehatan adalah 7,5 % dari GDPnya,dengan tingkat keselamatan ibu pada saat melahirkan per 100.000 kelahiran adalaha 7 orang.

 2.2 Faktor-Faktor Mortalitas
A.      Faktor pendukung kematian (pro mortalitas)
Faktor ini mengakibatkan jumlah kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini adalah:
- Sarana kesehatan yang kurang memadai.
- Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
- Terjadinya berbagai bencana alam
- Terjadinya peperangan
- Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri
- Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.
B.       Faktor penghambat kematian (anti mortalitas)
Faktor ini dapat mengakibatkan tingkat kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah:
- Lingkungan hidup sehat.
- Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap.
- Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain.
- Tingkat kesehatan masyarakat tinggi.
- Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk

2.3 Perhitungan Mortalitas
·                    Crude Death Rate (CDR)
Tingkat kematian kasar atau CDR adalah jumlah kematian penduduk tiap 1000 orang dalam kurun waktu setahun.
Rumus
Keterangan :                                     
CDR =Crude Death Rate ( Angka Kematian Kasar)
D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu
P  = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun tertentu 
K = Bilangan konstan  1000
            Dari perhitungan diatas dapat di simpulkan dengan kriteria-kriteria kematian, kriteria kematian sebagai berikut :
ü  Cdr kurang 10, termasuk kedalam kriteria rendah
ü  Cdr 10-20 termasuk dalam kriteria sedang
ü  Cdr lebih 20 termasuk dalam kriteria tinggi

·                     Tingkat kematian umur khusus (age specific death rate)
Tingkat kematian kasar, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: umur,jenis kelamin, pekerjaan dan lain-lain. Seseorang laki-laki berusia 85 tahun mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mati dari pada seorang wanita berusia 20 tahun, orang-orang  pria yang berada di medan perang lebih besar kemungkinan untuk mati dari pada isteri mereka yang menunggu di rumah.
Artinya berbagai kelompok dalam suatu populasi diharapkan pada berbagai resiko kematian karena jabatan. Karena berbeda resiko kematian maka seorang demograf menggunakan tingkat kematian menurut umur. Angka ini menunjukkan hasil yang lebih teliti dibandingkan dengan angka kematian kasar, karena angka ini menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu per 1000 penduduk dalam kelompok umur yang sama.
Rumus ASDR :

ASDR : Jumlah kematian penduduk umur i           x 1000
Jumlah penduduk pertengahan th. Umur i 
Atau
ASDR : Di  x K
Pmi
Dimana  :
Di          : Kematian penduduk kelompok umur i
Pmi        : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun kelompok i
K           : Konstanta (=1000)

·         Tingkat Kematian Bayi (Infant Mortality Rate/IMR)
              Bayi umur 0-1 tahun, mempunyai pola kematian tertentu. Angka kematian bayi tidaklah tersebar merata pada masa tahun pertama dari kehidupannya. Misainya angka kematian di bawah umur 28 hari lebih tinggi daripada angka kematian pada umur 5 bulan.
              Dengan demikian yang dimaksud dengan IMR adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi pada umur kurang dari 1 tahun per 1000 kelahiran pada suatu waktu tertentu.
Rumus IMR
IMR =
Atau
IMR = ( Do-i )  x 1000
   B

            Sedangkan angka IMR di beberapa daerah sesudah sekitar tahun 1971-1980 adalah berikut :
            Apabila di suatu negara diketahui IMR=150% berarti di negara tersebut setiap 1000 kelahiran terjadi 150 kematian bayi kurang dari 1 tahun. Perkiraan kematian bayi laki-laki di Indonesia pada tahun 1980 adalah 117% IMR tertinggi untuk laki-laki pada tahun 1980 tercatat di propinsi Nusa Tenggara Barat yaitu 202%.

·           Tingkat Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi  lahir sampai bayi belum berusia  tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi.
Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.
Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

Rumus:


Dimana:
AKB                            = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR)
D 0-<1th         = Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahun tertentu  di daerah tertentu.
∑lahir hidup   = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu di  daerah tertentu (lihat modul fertilitas untuk definisi kelahiran hidup).
 K                    = 1000
Data mengenai jumlah anak yang lahir jarang tersedia dari pencatatan atau registrasi kependudukan, sehingga sering dibuat perhitungan/estimasi  tidak langsung dengan program "Mortpak 4". Program ini menghitung AKB berdasarkan data mengenai jumlah Anak yang Lahirkan Hidup (ALH) atau Children Ever Born (CEB) dan Jumlah Anak Yang Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL) (catatan: lihat definisi di modul fertilitas).
Dari Susenas 2004 hasil perhitungan AKB dengan Mortpak 4 adalah adalah 52 per 1000 kelahiran dengan referensi waktu Mei tahun 2002. Artinya di Indonesia pada tahun 2002, diantara 1000 kelahiran hidup ada 52 bayi yang meninggal sebelum usia tepat 1 tahun.
Di negara berkembang, angka kematian bayi masih tergolong tinggi. Berdasarkan buku tahunan statistik ASEAN (Association of South East Asian Nations) dalam profil kesehatan Indonesia 2005, Brunei Darussallam, Malaisya, dan Singapura tergolong AKB yang rendah yaitu dibawah 20 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan di Indonesia, angka kelahiran bayi nya yaitu 39 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih dibawah negara Filiphina dan Thailand, yang masing-masing AKB nya adala 28 dan 20 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, AKB di Inodonesia yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal per tahun atau 430 bayi per hari. Angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi, diperkirakan setiap jam 18 bayi di Indonesia meninggal dunia ( Badan Pusat Statistik, 2003 ).Berdasarkan Susenas 2004, di Inonesia pada tahun 2002 terdapat 52 bayi yang meninggal diantara 1000 kelahiran sebelm berusia tepat 1 tahun (data statistik Indonesia, 2009). Menurut laporan awal SDKI 2007, angka kematian bayi memang mengalami perbaikan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup (Nik, 2008). Tetapi angka ini belum menggambarkan kondisi di daerah di Indonesia yang sesungguhnya karena bila dilakukan perbandingan kondisi antar daerah, terdapat  kesenjangan yang cukup jauh antara daerah maju dan terpencil, serta antara daerah pedesaan dan perkotaan.

Sumber : Laporan Pendahuluan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012

·         Tingkat Kematian Anak
Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi Angka Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi.
Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular  pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah  (Budi Utomo, 1985).
Angka Kematian Anak adalah kematian yang terjadi  diantara penduduk berusia yang 1 tahun sampai satu hari menjelang ulang tahun nya yang kelima.

Rumus:




Dimana:
Jumlah kematian Anak (1-4)th           = Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang belum tepat berusia 5 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah   tertentu.
Jumlah Penduduk (1-4) th                   = jumlah penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan tahun tertentu didaerah tertentu
 K                                                        = Konstanta, umumnya 1000.

2.4 Penyebab Endogen Dan Eksogen Dari Kematian Bayi
Kesejahteraan penduduk merupakan suatu tujuan penting yang ingin dicapai disetiap negara. Untuk mencapai tujuan tersebut  maka pemerintah berusaha membuat suatu kebijakan-kebijakan penting dan berusaha memenuhi sarana dan fasilitas yang menunjang bagi kesejahteraan penduduk. Selama ini penelitian dibidang mortalitas hampir dikesampingkan, tidak terkecuali pula di Indonesia penelitian mortalitas jumlahnya relative sangat sedikit, dan itupun lebih  banyak menekankan pada asfek dan tingkat perkembangan belum banyak tentang faktor-faktor lainnya yang dikaitkan dengan tinggi rendahnya tingkat kematian. Keadaan ini disebabkan karena selama ini ada anggapan bahwa arah perkembangan tingkat kematian akan cenderung terus menerus.
Mortalitas (Kematian) penduduk merupakan  salah satu dari variabel demografi yang penting. Apabila angka mortalitas atau tinggi tentu tidak  hanya mempengaruhi pertambahan penduduk, hal ini bisa juga rendahnya tingkat kesehatan masyarakat tersebut. Fertilitas (Kelahiran) salah satu komponen yang penting dalam pertumbuhan jumlah penduduk. Bila jumlah penduduk tinggi maka pertumbuhan penduduk akan berpengaruh kepada perkembangan suatu negara.
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai bayi berusia tepats satu tahun. Banyak faktor  yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya kematian bayi ada dua macam yaitu Endogen dan Eksogen, antara lain meliputi :
·                    Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
·                    Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Salah satu faktor meningkatnya kematian pada bayi, yaitu
1.             Anak-anak dari ibu yang kurang berpendidikan umumnya memiliki angka kematian yang lebih tinggi daripada mereka yang lahir dari ibu yang lebih berpendidikan. Selama kurun waktu 1998-2007, angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang tidak berpendidikan adalah 73 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang berpendidikan menengah atau lebih tinggi adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup. Perbedaan ini disebabkan oleh perilaku dan pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik di antara perempuan-perempuan yang berpendidikan.
2.             Kesehatan, yaitu terkait dengan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna dan penyakit saraf—termasuk meningitis dan encephalitis—dan tifus. Selain itu, buruknya pelayanan kesehatan di suatu daerah dapat mempertinggi kematian bayi dan anak.
3.             Masalah gizi seperti kurang kalori dan protein, juga menjadi salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia. Upaya pencegahan yang dapt dilakukan untuk mengurangi kematian bayi akibat masalah tersebut adalah dengan memperbaiki gizi bayi. Pemberian makanan yang tepat pada bayi adalah salah satu tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) dan makanan 4 sehat 5 sempurna.

Dengan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menganalisis hubungan antara: Faktor - Faktor Angka Kematian Bayi terhadap Penolong Kelahiran.
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi  lahir sampai bayi belum berusia  tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Konsep
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun.
Definisi
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi)
Cara Menghitung 
Dimana:
Jumlah Kematian Balita (0-4)th  = Banyaknya kematian anak berusia 0-4 th pada satu tahun  tertentu di daerah tertentu
 Jumlah Penduduk Balita (0-4)th  = jumlah penduduk berusia 0-4 th pada pertengahan tahun tertentu   di daerah tertentu
 K = Konstanta, umumnya 1000.
Contoh
Perhitungan dengan Mortpak dari data Susenas 2004 memeroleh perkiraan Angka Kematian Balita sebesar 74 per 1000 balita, dengan referensi waktu Mei 2002. Artinya, pada tahun 2002 setiap 1000 balita (umur 0 sampai 4 thn 11 bln 29 hari) pada tahun 2002, 74 anak diantaranya tidak akan berhasil mencapai umur tepat lima tahun.
Tabel 5. Angka Kematian Anak dan Balita Untuk Periode 10 tahun sebelum Survai Menurut Karakteristik  Ekonomi dan Sosial
Latar Belakang
Kematian Anak
Kematian Balita
Tempat Tinggal
Perkotaan
Perdesaan

11
13

42
65
Pendidikan Ibu
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tdk Tamat SMP
Tamat SMP+

25
16
11
11
5

90
80
54
47
28
Indeks Kekayaan
Terbawah
Menengah Bawah
Menengah
Menengah atas
Teratas

17
15
12
9
5

77
64
56
45
22
Sumber Data: Dihitung secara langsung dari SDKI 2002-2003, untuk  periode 10 tahun sebelum survai.

2.5 Mekanisme penurunan kematian bayi dan anak  
Kematian bayi dan anak secara umum merupakan konsekuensi akhir dari perjalanan kumulatif dengan berbagai pengalaman morbiditas dan jarang karena serangan penyakit tunggal. Ini berarti bahwa reduksi kematian melalui program-program kesehatan tidak cukup hanya dengan memberantas penyakit-penyakit penyebab kematian, tapi harus memasukkan pula tindakan-tindakan yang mengarah kepada permasalahan yang lebih mendasar yang menyangkut proses morbiditas dan mortalitas secara keseluruhan.  
Faktor sosio ekonomi merupakan faktor penentu mortalitas bayi dan anak. Namun, faktor sosio ekonomi bersifat tidak langsung, yaitu harus melalui mekanisme biologi tertentu (variabel antara) yang kemudian baru menimbulkan risiko morbiditas dan selanjutnya bayi dan anak sakit dan jika tidak sembuh akhirnya cacat atau meninggal. Dalam mekanisme ini, penyakit dan kurang gizi bukan merupakan variabel independen, tapi lebih merupakan indikator yang merefleksikan mekanisme kerja variabel antara. Dengan demikian, dalam merencanakan dan melaksanakan program-program kesehatan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas perlu dibekali dengan peningkatan pengetahuan yang lebih luas dan lebih mendalam tentang mekanisme di atas dan tak hanya dibatasi pada penyakit kematian, walaupun juga penting.
Pengaruh Sosio Ekonomi terhadap Mortalitas Bayi dan Anak Lewat Variabel Antara  
Sumber : Mosley, W.H. dan L.C. Chen (1984)
Penanganan terhadap masalah kematian bayi dan anak menuntut adanya kerangka konseptual tentang faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas bayi dan anak. Komponen dari kerangka ini terdiri atas morbiditas dan mortalitas sebagai masalah pokok dan faktor sosial ekonomi serta variabel antara sebagai faktor-faktor yang mempengaruhinya. Termasuk dalam faktor sosial ekonomi adalah faktor-faktor yang ada dalam individu, keluarga dan masyarakat. Pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai dan sumber ekonomi merupakan faktor individu dan keluarga, sedangkan suasana politik, ekonomi dan keamanan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas dalam masyarakat.  
Faktor-faktor maternal, lingkungan, gizi, cedera, dan pelayanan kesehatan merupakan beberapa dari variabel antara. Morbiditas dalam masyarakat ditentukan atas dasar prevalensi dan insidensi penyakit-penyakit yang merupakan penyebab kematian utama (Budi Utomo, 1985).
Penyebab Utama Kematian Bayi dan Anak di Indonesia  
Ada tiga penyebab utama kematian bayi di Indonesia yang tetap menjadi tantangan serius. Mereka adalah akut infeksi pernafasan, diare dan komplikasi sebelum melahirkan. Kombinasi ini tiga account untuk 75 persen porsi kematian bayi.  
Penyebab Lainnya :  
-          Persalinan di Indonesia masih banyak ditolong oleh bukan tenaga kesehatan.  
-          Fasilitas kesehatan kurang memadai.  
-          Kurangnya informasi dan pengetahuan.  
-          Jauh dari akses penanganan kesehatan yang baik.  
-          Tradisi
Kebijakan pemerintah  
Berikut adalah beberapa kebijakan pemerintah dapam upaya menekan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia.  
-          Melindungi dan menyediakan layanan kesehatan untuk masyarakat miskin dan kelompok rentan di pedesaan dan daerah-daerah terpencil, serta dalam kantong kemiskinan di daerah perkotaan, seperti menyediakan bidan dan peralatan medis yang memadai di daerah terpencil. 
-          Meningkatkan kebersihan dan sanitasi di individu, keluarga dan masyarakat  
-          Pengendalian penyakit menular  
-          Meningkatkan imunisasi  
-          Mengendalikan kekurangan gizi  
-          Mempromosikan ASI eksklusif  

"Tak hanya peningkatan SDM kesehatan dan standarisasi rumah sakit, tapi juga pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada anak juga berperan penting menurunkan angka kematian bayi. Esther Indriani, Maternal and Child Health Specialist World Vision, mengatakan telah terbukti bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13 persen kematian balita, bahkan 19 persen jika dikombinasikan dengan pemberian makanan tambahan setelah bayi berusia enam bulan.
Menurutnya bayi harus diberi kesempatan mulai atau inisiasi menyusu sendiri segera setelah lahir atau dini. Juga membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau sampai menyusu awal selesai. Bayi pertama setelah menyusu dipisahkan untuk ditimbang, dicap dan disuntik. Setelah usia 10 jam di diletakkan didada ibu kembali. Menunda inisiasi menyusu akan meningkatkan kematian bayi.  
"Jika bayi mulai menyusu sendiri segara setelah lahir, kontak kulit setidaknya satu jam, maka 22 persen kematian bayi dapat diselamatkan, dan jika menyusu hari pertama maka 16 persen dapat diselamatkan. Kemungkinan kematian meningkayt secara bermakna setiap hari permulaan menyusu ditangguhkan," katanya.
-                 Mengeluarkan Undang Undang dan Peraturan Pemerintah yang terkait dengan pemenuhan hak anak dan kebutuhan dasar anak untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal. Program kibbla (kesehatan ibu baru lahir anak), yaitu program kerjasama antara Dinas Kesehatan Sumut dengan USAID HSP sejak tahun 2006, HSP memberikan bantuan teknis pelayanan untuk pelatihan bidan dan masyarakat yang bertujuan menekan angka kematian dan kesehatan ibu bayi baru lahir dan balita.  
-                 Membuat Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).  Program ini dapat meningkatkan peran aktif suami, keluarga, dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman. Program P4K yang merupakan salah satu target program 100 hari Kementerian Kesehatan.  
-                 Adanya pola kemitraan antara dukun beranak dengan bidan desa atau tim kesehatan ditiap kecamatan dalam proses persalinan.
  
"Di Kecamatan Tebo Ulu termasuk salah satu daerah di Tebo, Jambi yang memiliki banyak dukun beranak. Tercatat 69 orang dukun beranak di daerah tersebut. Terbanyak terdapat di Desa Tanjung Aur yakni sebanyak 11 orang dan Teluk Kasai Rambahan 10 orang.”
Pola kemitraan tersebut bertujuan untuk menentukan fungsi dan kerja antara dukun dan bidan dalam persalinan. Contohnya adalah, bidan menangani persalinan dan dukun beranak yang memandikan. Dengan adanya pola kerjasama seperti itu, diharapkan resiko yang bisa mengakibatkan kematian bagi bayi maupun calon ibu bisa ditekan.

BAB III
PENUTUP
3.1              Kesimpulan
            Dari makalah yang telah kami susun, kami menyimpulkan bahwa mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas adalah faktor pendukung kematian (pro mortalitas), faktor penghambat kematian (anti mortalitas). Ada beberapa metode dalam menghitung tingkat kematian pada suatu negara atau ke dalam beberapa kelompok umur.
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi  lahir sampai bayi belum berusia  tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Untuk menekan tingkat kematian bayi, perlu adanya kebijakan dari pemerintah guna mengatasi tingkat kematian bayi, diantaranya menyediakan layanan kesehatan untuk masyarakat miskin, meningkatkan kebersihan dan sanitasi, pengendalian penyakit menular, meningkatkan imunisasi, mengendalikan kekurangan gizi, mempromosikan ASI eksklusif.
Penekanan angka mortalitas harus dilakukan karena tingkat kematian ini dapat digunakan petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat kematian pada suatu daerah, maka tingkat kesehatan dan tingkat kematian pada daerah tersebut buruk, begitupun sebaliknya.

 Daftar Pustaka

Budijanto. 2012. Analisis Sosio Demografi. Malang, Universitas Negeri Malang (UM PRESS)
Taufiqurrahman. Data statistik. (online). (www. Data statistik indonesia.com/portal/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=420) Diakses 4 Oktober 2013
Muharrohmi Rizki. Hasil Publikasi. (Online). (www.bps.go.id/hasil_publikasi/prof_kes_ibu_anak2012/files/search/searchtext.xml), Diakses 4 Oktober 2013


Comments

Anonymous said…
Betsoft - YouTube, Football, Tennis, Golf
Betsoft. Free soccer predictions. Free soccer predictions. Free football predictions. Sports prediction. Betsoft. Free  Rating: 4.9 youtube to mp3 320 · ‎1,889 votes

Popular posts from this blog

Pendekatan Geografi dalam kehidupan sehari hari

KI dan KD Geografi SMA 2013