Geografi Pengembangan Wilayah

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Kabupaten Blitar terletak pada 111°40¹-112°10¹ Bujur  Timur dan 7°58¹-8°9¹51¹¹  Lintang Selatan. Berada di sebelah selatan bagian Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Selain berbatasan dengan laut, Kabupaten Blitar berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung di timur, Kabupaten Kediri di utara, dan Kabupaten Malang di timur. Dalam wilayah Kabupaten Blitar terdapat wilayah administratif pula yaitu wilayah Kota Blitar. Kabupaten Blitar memiliki luas 1.588,79  Km2, terdiri dari 22 kecamatan yang berisi 28 kelurahan dan 220 desa. Secara umum Kabupaten Blitar berada pada ketinggian kurang lebih 167 di atas permukaan laut dengan berbagai karakteristik wilayah di dalamnya.
     Karakteristik wilayah Kabupaten Blitar bagian utara berada di lereng selatan Gunung Kelud. Gunung Kelud merupakan gunung vulkanik sehingga kawasan utara Kabupaten Blitar berlahan subur. Sungai Brantas membelah Kabupaten Blitar menjadi dua bagian, utara dan bagian selatan. bagian tengah Kabupaten Blitar lebih datar digunakan untuk pertanian dan perdagangan. Namun untuk bagian selatan Sungai Brantas berupa lahan karst yang berbukit-bukit sehingga merupakan lahan yang kurang produktif untuk kegiatan pertanian. Perbedaan karakteristik ini menjadikan Kabupaten Blitar memiliki berbagai potensi di berbagai sektor.
     Kabupaten Blitar mempunyai banyak potensi, namun potensi yang paling berpengaruh adalah sektor peternakan. Sektor peternakan berupa ayam petelur yang paling mendominasi dengan produksi sebesar 134.735 ton (bps, 2010). Peternakan ayam petelur di Kabupaten Blitar banyak terdapat di kawasan lahan karst di Blitar Selatan yang merupakan lahan kurang produktif bagi pertanian. Sehingga perdapat penggunaan alih fungsi lahan untuk memaksimalkan pendapatan daerah lokal oleh masyakat setempat.

B.  Rumusan Masalah
1.      Mengapa potensi Kabupaten Blitar adalah ayam petelur?
2.      Bagaimana upaya pengembangan potensi ayam petelur di Blitar Selatan?
3.      Apakah kendala dari pengembangan potensi ayam petelur?
4.      Bagaimana solusi dari kendala yang ada terjadi?

C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui alasan penyebab Kabupaten Blitar memiliki potensi ayam petelur.
2.      Untuk mengetahui upaya pengembangan potensi ayam petelur di Blitar Selatan.
3.      Untuk mengetahui kendala pengembangan potensi ayam petelur.
4.      Untuk mengetahui solusi atas kendala yang terjadi.

D.       Manfaat
Pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, yaitu dapat memberikan pengetahuan tentang peningkatan produktifitas lahan kapur dengan alih fungsi lahan. Serta pengolahan menur ayam untuk diolah menjadi lebih bernilai ekonomis serta bermutu baik untuk pupuk organik tanaman.
Bagi pemerintah dengan makalah ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk pengembangan potensi wilayah Blitar Selatan sebagai penghasil telur paling tinggi. Serta dengan pengembangan potensi yang baik diharapkan dapat meningkatkan penghasilan asli daerah Kabupaten Blitar.


  BAB II
PEMBAHASAN
A.      Penyebab Kabupaten Blitar Potensial Ayam Petelur
1.      Potensi Peternakan
Ayam petelur Kabupaten Blitar memiliki jumlah terbesar di Jawa Timur. Komoditi peternakan terbesar di Kabupaten Blitar adalah ayam ras petelur. Sampai pada tahun 2010 sebagai potensi unggulan, produksi telur Kabupaten Blitar mampu memenuhi 70% dari kebutuhan telur di Jawa Timur dan secara Nasional memenuhi 30% dari kebutuhan telur ayam Nasional.

Kabupaten Bangkalan
Ayam petelur
10357
98812.00
Kabupaten Banyuwangi
Ayam petelur
304886
2908917.00
Kabupaten Blitar
Ayam petelur
9230020
88063615.00
Kabupaten Bojonegoro
Ayam petelur
5353
51070.00
Kabupaten Bondowoso
Ayam petelur
29578
282202.00
Kabupaten Gresik
Ayam petelur
81830
780742.00
Kabupaten Jember
Ayam petelur
484246
4620187.00
Kabupaten Jombang
Ayam petelur
814585
7771956.00
Kabupaten Kediri
Ayam petelur
3038817
28993351.00
Kabupaten Lamongan
Ayam petelur
696318
6643574.00
Kabupaten Lumajang
Ayam petelur
251152
2396239.00
Kabupaten Madiun
Ayam petelur
94579
902383.00
Kabupaten Magetan
Ayam petelur
1326399
12655168.00
Kabupaten Malang
Ayam petelur
1112381
10613226.00
Kabupaten Mojokerto
Ayam petelur
189722
1810138.00
Kabupaten Nganjuk
Ayam petelur
140652
1341958.00
Kabupaten Ngawi
Ayam petelur
50982
486418.00
Kabupaten Pacitan
Ayam petelur
2234
21311.00
Kabupaten Pamekasan
Ayam petelur
129924
1239609.00
Kabupaten Pasuruan
Ayam petelur
530951
5065804.00
Kabupaten Ponorogo
Ayam petelur
103440
986921.00
Kabupaten Probolinggo
Ayam petelur
141457
1349645.00
Kabupaten Sampang
Ayam petelur
1886
17998.00
Kabupaten Sidoarjo
Ayam petelur
8370
79858.00
Kabupaten Situbondo
Ayam petelur
3162
30172.00
Kabupaten Sumenep
Ayam petelur
179777
1715248.00
Kabupaten Trenggalek
Ayam petelur
138583
1322224.00
Kabupaten Tuban
Ayam petelur
99657
950826.00
Kabupaten Tulungagung
Ayam petelur
2449655
23372160.00
Kota Batu
Ayam petelur
73369
700018.00
Kota Blitar
Ayam petelur
192205
1833829.00
Kota Kediri
Ayam petelur
1898
18110.00
Kota Malang
Ayam petelur
36505
348307.00
Kota Probolinggo
Ayam petelur
4276
40796.00
Kota Surabaya
Ayam petelur
298
2840.00
Tabel 1. Potensi Peternakan Komoditas Ayam Petelur Jawa Timur 2010
2.      Karakteristik Lahan Kapur
Lahan kapur memiliki karakteristik tanah kering dan tandus. Lahan ini memiliki daya serap air yang tinggi. Sehingga air yang berada pada permukaan tanah sangat sedikit persediaannya. Tanah yang berwarna kuning ke putihan berasal dari warna batuan kapur. Oleh karena itu pada lahan ini suhu lebih panas selain itu didukung oleh tak adanya air untuk proses penguapan.
Porositas sekunder yang berupa celah ataupun rekah pada batuan  karst sangat mudah mengalirkan air permukaan yang terpolusi masuk ke akuifer. Air permukaan yang terpolusi tidak terfiltrasi dengan baik dalam perjalanannya menuju  akuifer karena jarangnya vegetasi dan tipisnya solum tanah. Tingginya permeabilitas batuan karst mengakibatkan air dipermukaan sangat jarang. Air permukaan hanya dijumpai pada telaga-telaga karst yang jumlahnya juga sangat  jarang. Kekeringan merupakan fenomena yang paling sering dijumpai pada permukaan lahan karst di berbagai tempat di dunia. (Budiyanto, Eko. 2012. Karakteristik Tentang Lahan Karst. Geomorfologi Karst)
Lahan kapur merupakan lahan yang tersusun atas bebatuan kapur yang memiliki unsur hara sangat sedikit bahkan tidak terdapat. Sehingga tanah ini memiliki sifat yang kurang subur. Namun kapur dalam tanah memiliki kandungan kalsium dan magnesium dalam tanah. kadungan ini biasanya terasosiasi dengan karbonat. Komposisi utama batuan kapur adalah kalsium karbonat (CaCO3), magnesium karbonat (MgCO3), silika, dan alumina. Kapur yang ada di pasaran biasanya diperoleh sebagai hasil kalsinasi batuan kapur. (Kusnoputranto & Jaya 1984).
Luas daerah kapur di Kabupaten Blitar adalah 1.068.176 m2 (pertambangan dalam angka 2011) yang secara umum terdapat di daerah Blitar Selatan. Daerah Blitar Selatan berada di selatan sungai Brantas yang membelah Kabupaten Blitar menjadi dua bagian. Bagian utara yang lebih bersifat vulkanik dan bagian selatan yang berapa lahan kapur.
3.      Aglomerasi
Aglomerasi peternak ayam petelur di Kademangan, dapat terjadi karena lahan kapur yang kering serta kepadatan penduduk yang masih lebih sedikit dari pada perkotaan. Daya dukung lingkungan senantiasa memudahkan peternak untuk berkembang. Terjalin eratnya hubungan antar peternak untuk bertahan dan saling membantu. Sistem pengepul yang memudahkan peternak untuk memulai usaha ternak karena sistem pinjamam membuat modal awal yang tak terlalu besar. Kondisi sosial masyarakat yang ulet untuk meningkatkan perokonomian daerah. Aglomerasi muncul ketika sebuah industri memilih lokasi untuk kegiatan produksinya yang memungkinkan dapat berlangsung dalam jangka panjang sehingga masyarakat akan banyak memperoleh keuntungan apabila mengikuti tindakan mendirikan usaha disekitar lokasi tersebut. (Marshall)
Aglomerasi menurut teori lokasi modern merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas ekonomi, aglomerasi juga menjadi salah satu faktor disamping keunggulan komparatif dan skala ekonomi menjelaskan mengapa timbul daerah-daerah dan kota-kota (Soepono, 2002). Terdapat dua macam aglomerasi, yaitu aglomerasi produksi dan aglomerasi pemasaran (Soepono, 2002). Dikatakan aglomerasi produksi bilamana tiap perusahaan yang mengelompok/kluster atau beraglomerasi mengalami eksternalitas positif di bidang produksi, artinya biaya produksi perusahaan berkurang pada waktu produksi perusahaan lain bertambah. (M, Firmansyah. 2010. Aglomerasi Usaha dan Implikasinya bagi Kebijakan)
B.       Upaya Pengembangan Budidaya Ayam Petelur
1.      Budidaya Ayam Petelur
Ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakan ayam petelur sudah dijumpai di seluruh pelosok Indonesia terutama ada di Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi peternakan ayam telah menyebar di Asia dan Afrika serta sebagian Eropa.
-        Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:
a.     Tipe Ayam Petelur Ringan.
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan.
b.    Tipe Ayam Petelur Medium.
Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.
-        Manfaat ayam petelur
Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil kotoran dan limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus dan jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas setelah dikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.
-        Hasil Budidaya
a.     Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkan oelh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi tlur yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.
b.     Hasil Tambahan
 Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan pupuk kandang.
c.      Pengumpulan
 Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray (nampan telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.
d.     Pembersihan
Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan amplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih. Biasanya pembersihan dilakukan untuk telur tetas. (Santoso, Urip. 2011. Budidaya Ayam Petelur gallus sp.)
Budidaya ayam petelur di Kademangan lebih mUdah berkembang karena proses pengaturan usaha yang memudahkan peternak untuk berusaha. Cara yang dilakukan adalah dengan sistem pinjaman untuk biaya pakan. Jadi peternak tidak terlalu dibebani dengan modal yang besar untuk memulai usaha ternak. Selain hal itu persatuan diantara kelompok yang mendukung serta saling bertukar pengalaman antar peternak untuk meningkatkan hasil produksi. Sehingga kuantitas produksi terus meningkat dari waktu ke waktu.
2.      Pengkapuran Manur Ayam Petelur
-         Manur Ayam Petelur
Manur merupakan limbah dari budidaya ayam petelur. Jumlah manur yang dihasilkan bergantung pada skala budidaya ayam. Semakin besar budidaya maka semakin banyak pula menur yang dihasilkan setiap harinya. Penanganan limbah ini akan menjadi maslah apabila tidak diolah dengan benar. Karena manur ini akan menghasilkan bau yang tak sedap. Dengan demikian akan mengganggu lingkukungan di sekitar lokasi budidaya ayam petelur. Selain bau dapak negatif lain adalah pencemaran air manur.
Manur, hasil produksi peternakan selain daging dan telur ayam, mengandung unsur-unsur N, P, dan K yang merupakan nutrisi bagi tanaman. Akan tetapi, manur menjadi masalah bagi lingkungan jika jumlahnya berlebih. Gas H2S dan NH3 yang dihasilkan oleh manur merupakan polutan berbau yang sangat dominan dalam menimbulkan efek merugikan terhadap ternak dan manusia.
Nitrogen dalam manur hewan terdapat dalam 2 bentuk, yaitu nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen organik, misalnya protein, akan diubah secara berangsur-angsur oleh mikrob tanah menjadi nitrogen anorganik. Nitrogen anorganik dalam manur sebagian besar berbentuk kation amonium yang stabil di dalam tanah dan terikat pada permukaan partikel lempung. Apabila ion amonium ini terakumulasi pada tempat penyimpanan manur, keberadaan air akan menyebabkan pengikatan oksigen air oleh amonium yang menghasilkan nitrit dan nitrat melalui proses nitrifikasi (Pettigrew 1992). Proses nitrifikasi terjadi dengan adanya bakteri Nitrosomonas yang mengoksidasi amonium menjadi nitrit, yang selanjutnya oleh bakteri Nitrobacter diubah menjadi nitrat.  Nitrat tidak terikat pada partikel lempung sehingga dapat larut terbawa aliran air dan menimbulkan pencemaran air. Bakteri dari spesies Pseudomonas akan mengubah nitrat menjadi NH3. ini terjadi pada kondisi netral atau basa (Pettigrew 1992).(Charlena, Irma H Suparto, M Farid Humaidi. Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Pelepasan Gas Nh3 pada Manur Ayam Petelur)
Sebetulnya manur ayam dapat bernilai ekonomis apabila diproses lebih lanjut dengan dijadikan sebagai pupuk organik ataupun pakan ternak lain. Pupuk organik yang berasal dari kotoran ayam mempunyai kandungan unsur hara yang beragam, akan tetapi ditetapkan suatu kesimpulan bahwa unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik atau pupuk kandang rata-rata 0,5% nitrogen; 0,25% P2O5; dan 0,5% K2O. Pupuk kandang dengan kandungan unsur hara seperti konsentrasi tersebut di atas sudah dikatakan berkualitas baik (HAKIM, 1986). Maka dari itu perlu untuk mengetahui proses pengolahannya agar dapat terjadi budidaya ternak ayam petelur yang tanpa limbah (zero waste). 
Manur ayam terdiri atas feses yang berasal dari usus besar dan urine yang berasal dari ginjal (Ensminger 1992). Seekor ayam diperkirakan menghasilkan 0.15 kg manur/hari, yang mengandung 4.8% nitrogen, 1.8% fosforus, 1.8% kalium, dan 5.5% kalsium. Nitrogen yang berasal dari protein akan menguap dan jumlahnya berkurang jika dibiarkan terlalu lama di tempat penampungan.
Jumlah air yang diekskresikan bersama manur bergantung pada konsumsi air oleh ayam. Kandungan protein yang tinggi pada ransum ayam petelur menyebabkan kadar air manurnya juga tinggi, yaitu sekitar 80% (Patrick 1995; Lesson et al. 1995). Kelebihan nitrogen yang berasal dari protein ransum tersebut akan dibuang dalam bentuk asam urat dalam urine, proses yang memerlukan banyak air (Sujono et al. 2001). (Charlena, Irma H Suparto, M Farid Humaidi. Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Pelepasan Gas Nh3 pada Manur Ayam Petelur)
Dari aglomerasi budidaya ayam petelur di Kecamatan Kademangan. Terdapat ayam petelur  sejumlah 2.433.600 ekor di daerah ini, apabila seekor ayam menghasilkan 0,15kg. Maka  Manur yang dihasilkan oleh ayam perhari di Kecamatan Kademangan sebanyak 365.040 Kg atau 365 ton lebih. Jadi perlunya pengelolaan manur ini untuk mengolah limbah menjadi lebih ekonomis. Mengingat banyaknya limbah yang dihasilkan.
-         Lahan Kapur
Lahan kapur yang tersusun atas batuan kapur yang kaya akan kalsium dan magnesium. Budidaya ayam petelur di lahan kapur secara umum memiliki limbah kotoran ayam yang tak terlalu berbau. Kondisi lahan yang mendukung ini mendudung peternak untuk mengembangkan usahanya. Serta limbahnya dapat dijadikan pupuk dengan kualitas baik untuk pertanian.
Pada peternakan ayam, kapur dapat digunakan untuk membersihkan lantai kandang, mengeringkan, dan mengurangi bau dari kotoran ayam. Komposisi utama dari batuan kapur yang dipakai adalah CaCO3 dan MgCO3. Kapur yang tersedia di pasaran biasanya sudah mengalami proses kalsinasi dengan pemanasan, sehingga berada dalam bentuk CaO, MgO. Kapur juga sejak lama digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah pertanian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kapur 1% dan 3% pada kotoran ayam dapat mengurangi pelepasan gas amonia dan H2S secara nyata, pH kotoran menjadi lebih tinggi, namun masih dalam kisaran 7,77-8,42. Pada Gambar 1 terlihat jelas pengaruh penggunaan kapur terhadap pembentukan rata-rata gas amonia dan H2S selama 14 hari masa dekomposisi (HUTAMI, 1997).

Penggunaan kapur pada kotoran ayam selain mengurangi cemaran amonia ke udara, juga pupuk yang dihasilkan akan mengandung nitrogen yang cukup tinggi, karena tidak banyak nitrogen yang hilang sebagai amonia. Kehilangan nitrogen pada kotoran merupakan kerugian bagi para peternak, karena pupuk yang dihasilkan kualitasnya akan berkurang, kandungan nitrogennya menjadi lebih rendah. (Rachmawati, Sri. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam)
Gambar 1. Pengaruh pemberian kapur terhadap pelepasan amonia dan hidrogen sulfida. Sumber: HUTAMI, 1997
3.      Pengelolaan Limbah Ayam Petelur
Pengolaan limbah budidaya ayam petelur di Kecamatan Kademangan. Limbah yang dihasilkan dari budidaya adalah berupa kotoran ayam atau menur dan polusi udara akibat bau kotoran. Dengan pembudidayaan ayam di lahan kapur, maka  kotoran ayam yang menjadi penyebab bau dapat diminimalisir. Karena kotoran yang bercampur dengan kapur, kandungan kapur mengikat gas amoniak dari kotoran untuk tidak keluar. Pengikatan gas amoniak oleh kapur ini menjadikan kandungan amoniak dalam kotoran menjadi besar. Gas amoniak berasal dari unsur nitrogen, sehingga kotoran ayam kaya akan unsur nitrogen. Hal ini menjadikan kotoran ayam dapat dijadikan pupuk organik tanaman yang berkualitas baik. Dengan demikian pupuk organik dari kotoran ayam lahan kapur dapat bernilai lebih ekonomis, karena kualitasnya yang baik.
Limbah kotoran ayam di Kecamatan Kademangan jumlahnya besar. Karena setiap harinya dapat memproduksi kotoran sebanyak 365 ton. Hal ini menjadi potensi besar untuk peningkatan perekonomian masyarakat karena apabila dikumpulkan serta diolah secara optimal dapat dijadikan industri pupuk sederhana. Menghasilkan tambahan hasil sampingan untuk para pembudidaya. Selain budidaya menjadi ramah lingkungan karena tanpa limbah.
Pengolahan ini memanfaatkan pola kawasan agropolitan. Sehingga sebuah kawasan tertentu dapat menghasilkan barang yang siap pakai dengan nilai yang lebih tinggi serta kualitas yang lebih baik. Dengan pengelolaan yang lebih terpusat akan membuka lapangan pekerjaan kepada masyarakat setempat. Bentuk ini akan meningkatkan interkasi antar sektor.
Jadi, Produsen pembudidaya ayam petelur hanya perlu mengumpulkan manur ayam kepada pusat pengolahan limbah. Di pusat pengolahan limbah ini manur akan diproses untuk diolah menjadi pupuk organik yang lebih berkualitas. Dengan pengolahan dan pembungkusan yang baik akan meningkatkan nilai jual manur ayam.  Hasil olahan menjadi siap untuk dijual ke pasar dengan nilai tinggi karena siap pakai.
4.      Pemasaran
Pemasaran manur ayam di daerah-daerah yang memiliki potensi pertanian. Sehingga pupuk organik akan lebih bernilai. Hal ini menjadikan daerah yang kurang produktifpun dapat memproduksi pupuk organik untuk daerah produktif pertanian. Pengemasan yang baik akan meningkatkan nilai jual.
Pemasaran yang tepat sasaran akan menjadi jembatan untuk memperoleh pelanggan sehingga terjadi interaksi antar sektor ekonomi yang lebih bernilai serta barang yang dipasarkan lebih berkualitas. Karena pemusatan pengolahan manur akan lebih terfokus untuk meningkatkan serta mengembangkan hasil produksi pupuk organik.
C.       Kendala Pengembangan Ayam Petelur
1.      Sumber Daya Manusia
Kendala utama dalam pengembangan budidaya ayam petelur terkait dengan pengolahan limbah manur ayam adalah sumber daya manusia yang belum memenuhi. Masyarakat hanya mengambil dan menjual hasil manur ayam. Hal ini membuat manur kurang bernilai dan harga jualnya rendah. Proses pengemasannya pun hanya dalam karung bekas. Dijual dengan kisaran 4000-5000 rupiah per karung. Belum ada masyarakat yang mampu untuk mengolah limbah-limbah tersebut untuk lebih bernilai.
2.      Fasilitas Pengolahan Limbah
Limbah manur ayam yang setiap hari diperoleh dari budidaya ayam petelur tidak dioleh dengan baik. Hal ini dikarenakan belum terdapatnya fasilitas pengolahan limbah dari peternakan ayam petelur. Sehingga para peternak langsung menjual ataupun membiarkan manur ayam itu tertumpuk tidak ada upaya untuk mengolah ataupun upaya untuk mengembangkan limbah manur ayam.
3.      Motivasi dan Perspektif Masyarakat
Minat untuk mengolah manur ayam untuk lebih bernilai masyarakat Kecamatan Kademangan masih rendah. Hal ini terjadi karena masyarakat mempunyai pandangan terhadap manur ayam tidak boleh untuk diperjual belikan. Sehingga yang beminat silahkan untuk diambil sendiri ke peternakan. Pola pikir ini yang menurunkan motivasi untuk mengolah manur ayam petelur.
D.      Solusi atan Kedala yang dihadapi
1.    Penyuluhan dan Pelatihan
Penyuluhan kepada pembudidaya peternakan ayam petelur untuk meningkatkan produktifitas ayam serta pengolahan limbah. Penyuluhan, sosialisasi ataupun pelatihan akan meningkatkan kemampuan peternak dalam mengolah limbah. Penyuluhan ini dilakukan oleh dinas serta lembaga terkait.
Peningkatan kapasitas peternak ini diharapkan akan dapat berkembang diantara peternak, sehingga muncul rasa untuk mengembangkan peternakan sesuai dengan tuntutan zaman. Agar peternak tidak kalah bersaing dengan peternak daerah lain dalam hal peningkatan mutu produksi.
Penyuluhan dan Pelatihan merupakan upaya evaluasi serta monitoring pemerintah dalam mengontrol keadaan peternak agar tidak terjadi ketimpangan dalam teknik beternak. Sehingga terwujudnya pemerataan kemampuan beternak ayam petelur. Pemerataan ini akan meningkatkan produktifitas daerah kawasan peternakan.
2.      Pengadaan Pusat Pengolahan Limbah
Pusat pengolahan limbah di Kecamatan Kademangan perlu diadakan untuk memusatan hasil limbah. Pemusatan ini dilakukan agar limbah yang dihasilkan dapat dipelajari yang selanjutnya akan dimodifikasi serta dikembangkan. Sehingga akan meningkatkan mutu limbah yang akan diproses menjadi pupuk organik yang berkualitas tinggi.
Penyuluhan dan Pelatihan akan meningkatkan kemampuan peternak yang sebagian atau orang lain yang bertugas di pusat pengolahan limbah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, serta membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Dengan pusat pengolahan limbah ini dapat mempelajari manur ayam, hal ini dapat mempelajari pula kesehatan ayam sebagai organisme yang mengeluarkan manur. 
3.      Manajemen Manur Ayam
Untuk mengubah perspektif masyarakat terhadap manur ayam, perlu untuk memenejemen manur ayam. Hal ini dilakukan agar pandangan masyarakat melihat manur bukan hanya limbah namun sebuah hasil budidaya yang akan meningkatkan perekonomian bersama, jadi tidak semata-mata menjual kotoran. Namun manur diolah dahulu serta dikemas dengan baik untuk meningkatkan kualitas pupuk organik dari manur ayam.
Tehnik pengumpulannyapun tidak menggunakan jual beli manur mentah. Namun manur diambil oleh pusat pengolahan limbah manur, sehingga peternak memberikan manur secara cuma-cuma. Walaupun diambil secara cuma-cuma dari peternak ayam petelur, hasil pemasaran olahan manur akan masuk kepada koperasi peternak ayam petelur. Sehingga terwujud peningkatan pendapatan bersama. Serta dengan koperasi ini dapat membantu peternak baru maupun peternak kecil untuk mengembangkan peternakannya.
Bentuk manajemen manur ayam ini akan merubah pandangan masyarakat yang memandang manur hanya sebuah limbah dan kotoran ayam menjadi barang berharga yang dapat mengembangkan bahkan membantu peternak lain. Dengan demikian akan meningkatkan motivasi peternak untuk mengolah manur dan peternakan akan semakin ramah lingkungan karena tanpa limbah.
4.      Pemasaran
Pemasaran pupuk organik olahan manur ayam tersebut dibawah pengawasan pusat pengolahan limbah. Jadi dengan demikian dapat membuka lapangan pekerjaan lebih luas. Masyarakat setempat lebih berpengaruh terhadap perkembangan kawasan peternakan di Kecamatan Kademangan.
Pemasaran dilakukan keluar daerah, dengan sasaran pasar daerah produktif pertanian. Dengan pengemasan serta kualitas yang tinggi dari manur ayam maka akan menarik banyak konsumen. Konsumen tersebut berasal dari petani lahan produktif. Maka akan terjadi interaksi antar daerah yang semakin kuat.


  
  

Comments

Popular posts from this blog

Pendekatan Geografi dalam kehidupan sehari hari

Geomorfologi Papua