Geografi Pengembangan Wilayah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kabupaten Blitar terletak pada 111°40¹-112°10¹
Bujur Timur dan 7°58¹-8°9¹51¹¹ Lintang Selatan. Berada di sebelah selatan
bagian Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Selain berbatasan dengan laut, Kabupaten Blitar berbatasan dengan Kabupaten
Tulungagung di timur, Kabupaten Kediri di utara, dan Kabupaten Malang di timur.
Dalam wilayah Kabupaten Blitar terdapat wilayah administratif pula yaitu
wilayah Kota Blitar. Kabupaten Blitar memiliki luas 1.588,79 Km2, terdiri dari 22 kecamatan
yang berisi 28 kelurahan dan 220 desa. Secara umum Kabupaten Blitar berada pada
ketinggian kurang lebih 167 di atas permukaan laut dengan berbagai
karakteristik wilayah di dalamnya.
Karakteristik wilayah Kabupaten Blitar bagian utara berada di
lereng selatan Gunung Kelud. Gunung Kelud merupakan gunung vulkanik sehingga
kawasan utara Kabupaten Blitar berlahan subur. Sungai Brantas membelah
Kabupaten Blitar menjadi dua bagian, utara dan bagian selatan. bagian tengah
Kabupaten Blitar lebih datar digunakan untuk pertanian dan perdagangan. Namun
untuk bagian selatan Sungai Brantas berupa lahan karst yang berbukit-bukit
sehingga merupakan lahan yang kurang produktif untuk kegiatan pertanian.
Perbedaan karakteristik ini menjadikan Kabupaten Blitar memiliki berbagai
potensi di berbagai sektor.
Kabupaten Blitar mempunyai banyak potensi, namun potensi yang
paling berpengaruh adalah sektor peternakan. Sektor peternakan berupa ayam
petelur yang paling mendominasi dengan produksi sebesar 134.735 ton (bps, 2010).
Peternakan ayam petelur di Kabupaten Blitar banyak terdapat di kawasan lahan
karst di Blitar Selatan yang merupakan lahan kurang produktif bagi pertanian.
Sehingga perdapat penggunaan alih fungsi lahan untuk memaksimalkan pendapatan
daerah lokal oleh masyakat setempat.
B. Rumusan
Masalah
1.
Mengapa potensi Kabupaten Blitar adalah
ayam petelur?
2.
Bagaimana upaya pengembangan potensi
ayam petelur di Blitar Selatan?
3.
Apakah kendala dari pengembangan potensi
ayam petelur?
4.
Bagaimana solusi dari kendala yang ada
terjadi?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui alasan penyebab
Kabupaten Blitar memiliki potensi ayam petelur.
2.
Untuk mengetahui upaya pengembangan
potensi ayam petelur di Blitar Selatan.
3.
Untuk mengetahui kendala pengembangan
potensi ayam petelur.
4.
Untuk mengetahui solusi atas kendala
yang terjadi.
D. Manfaat
Pembuatan
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, yaitu dapat memberikan
pengetahuan tentang peningkatan produktifitas lahan kapur dengan alih fungsi
lahan. Serta pengolahan menur ayam untuk diolah menjadi lebih bernilai ekonomis
serta bermutu baik untuk pupuk organik tanaman.
Bagi
pemerintah dengan makalah ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk pengembangan
potensi wilayah Blitar Selatan sebagai penghasil telur paling tinggi. Serta
dengan pengembangan potensi yang baik diharapkan dapat meningkatkan penghasilan
asli daerah Kabupaten Blitar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyebab
Kabupaten Blitar Potensial Ayam Petelur
1. Potensi
Peternakan
Ayam petelur
Kabupaten Blitar memiliki jumlah terbesar di Jawa Timur. Komoditi peternakan
terbesar di Kabupaten Blitar
adalah ayam ras petelur. Sampai pada tahun 2010 sebagai potensi unggulan,
produksi telur Kabupaten Blitar mampu memenuhi 70% dari kebutuhan telur di Jawa
Timur dan secara Nasional memenuhi 30% dari kebutuhan telur ayam Nasional.
Kabupaten Bangkalan
|
Ayam petelur
|
10357
|
98812.00
|
Kabupaten Banyuwangi
|
Ayam petelur
|
304886
|
2908917.00
|
Kabupaten Blitar
|
Ayam petelur
|
9230020
|
88063615.00
|
Kabupaten Bojonegoro
|
Ayam petelur
|
5353
|
51070.00
|
Kabupaten Bondowoso
|
Ayam petelur
|
29578
|
282202.00
|
Kabupaten Gresik
|
Ayam petelur
|
81830
|
780742.00
|
Kabupaten Jember
|
Ayam petelur
|
484246
|
4620187.00
|
Kabupaten Jombang
|
Ayam petelur
|
814585
|
7771956.00
|
Kabupaten Kediri
|
Ayam petelur
|
3038817
|
28993351.00
|
Kabupaten Lamongan
|
Ayam petelur
|
696318
|
6643574.00
|
Kabupaten Lumajang
|
Ayam petelur
|
251152
|
2396239.00
|
Kabupaten Madiun
|
Ayam petelur
|
94579
|
902383.00
|
Kabupaten Magetan
|
Ayam petelur
|
1326399
|
12655168.00
|
Kabupaten Malang
|
Ayam petelur
|
1112381
|
10613226.00
|
Kabupaten Mojokerto
|
Ayam petelur
|
189722
|
1810138.00
|
Kabupaten Nganjuk
|
Ayam petelur
|
140652
|
1341958.00
|
Kabupaten Ngawi
|
Ayam petelur
|
50982
|
486418.00
|
Kabupaten Pacitan
|
Ayam petelur
|
2234
|
21311.00
|
Kabupaten Pamekasan
|
Ayam petelur
|
129924
|
1239609.00
|
Kabupaten Pasuruan
|
Ayam petelur
|
530951
|
5065804.00
|
Kabupaten Ponorogo
|
Ayam petelur
|
103440
|
986921.00
|
Kabupaten Probolinggo
|
Ayam petelur
|
141457
|
1349645.00
|
Kabupaten Sampang
|
Ayam petelur
|
1886
|
17998.00
|
Kabupaten Sidoarjo
|
Ayam petelur
|
8370
|
79858.00
|
Kabupaten Situbondo
|
Ayam petelur
|
3162
|
30172.00
|
Kabupaten Sumenep
|
Ayam petelur
|
179777
|
1715248.00
|
Kabupaten Trenggalek
|
Ayam petelur
|
138583
|
1322224.00
|
Kabupaten Tuban
|
Ayam petelur
|
99657
|
950826.00
|
Kabupaten Tulungagung
|
Ayam petelur
|
2449655
|
23372160.00
|
Kota Batu
|
Ayam petelur
|
73369
|
700018.00
|
Kota Blitar
|
Ayam petelur
|
192205
|
1833829.00
|
Kota Kediri
|
Ayam petelur
|
1898
|
18110.00
|
Kota Malang
|
Ayam petelur
|
36505
|
348307.00
|
Kota Probolinggo
|
Ayam petelur
|
4276
|
40796.00
|
Kota Surabaya
|
Ayam petelur
|
298
|
2840.00
|
Tabel
1. Potensi Peternakan Komoditas Ayam Petelur Jawa Timur 2010
2. Karakteristik
Lahan Kapur
Lahan kapur
memiliki karakteristik tanah kering dan tandus. Lahan ini memiliki daya serap
air yang tinggi. Sehingga air yang berada pada permukaan tanah sangat sedikit
persediaannya. Tanah yang berwarna kuning ke putihan berasal dari warna batuan
kapur. Oleh karena itu pada lahan ini suhu lebih panas selain itu didukung oleh
tak adanya air untuk proses penguapan.
Porositas
sekunder yang berupa celah ataupun rekah pada batuan karst sangat mudah
mengalirkan air permukaan yang terpolusi masuk ke akuifer. Air permukaan yang
terpolusi tidak terfiltrasi dengan baik dalam perjalanannya menuju
akuifer karena jarangnya vegetasi dan tipisnya solum tanah. Tingginya
permeabilitas batuan karst mengakibatkan air dipermukaan sangat jarang. Air
permukaan hanya dijumpai pada telaga-telaga karst yang jumlahnya juga sangat
jarang. Kekeringan merupakan fenomena yang paling sering dijumpai pada
permukaan lahan karst di berbagai tempat di dunia. (Budiyanto, Eko. 2012.
Karakteristik Tentang Lahan Karst. Geomorfologi Karst)
Lahan kapur merupakan lahan yang tersusun atas bebatuan
kapur yang memiliki unsur hara sangat sedikit bahkan tidak terdapat. Sehingga
tanah ini memiliki sifat yang kurang subur. Namun kapur dalam tanah memiliki
kandungan kalsium dan magnesium dalam tanah. kadungan ini biasanya terasosiasi
dengan karbonat. Komposisi utama batuan kapur adalah
kalsium karbonat (CaCO3), magnesium karbonat (MgCO3), silika, dan alumina.
Kapur yang ada di pasaran biasanya diperoleh sebagai hasil kalsinasi batuan
kapur. (Kusnoputranto & Jaya 1984).
Luas daerah kapur di Kabupaten Blitar
adalah 1.068.176 m2 (pertambangan dalam angka 2011) yang secara umum
terdapat di daerah Blitar Selatan. Daerah Blitar Selatan berada di selatan
sungai Brantas yang membelah Kabupaten Blitar menjadi dua bagian. Bagian utara
yang lebih bersifat vulkanik dan bagian selatan yang berapa lahan kapur.
3. Aglomerasi
Aglomerasi peternak ayam petelur di
Kademangan, dapat terjadi karena lahan kapur yang kering serta kepadatan
penduduk yang masih lebih sedikit dari pada perkotaan. Daya dukung lingkungan
senantiasa memudahkan peternak untuk berkembang. Terjalin eratnya hubungan
antar peternak untuk bertahan dan saling membantu. Sistem pengepul yang
memudahkan peternak untuk memulai usaha ternak karena sistem pinjamam membuat
modal awal yang tak terlalu besar. Kondisi sosial masyarakat yang ulet untuk
meningkatkan perokonomian daerah. Aglomerasi
muncul ketika sebuah industri memilih lokasi untuk kegiatan produksinya yang
memungkinkan dapat berlangsung dalam jangka panjang sehingga masyarakat akan
banyak memperoleh keuntungan apabila mengikuti tindakan mendirikan usaha
disekitar lokasi tersebut. (Marshall)
Aglomerasi menurut
teori lokasi modern merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas
ekonomi, aglomerasi juga menjadi salah satu faktor disamping keunggulan
komparatif dan skala ekonomi menjelaskan mengapa timbul daerah-daerah dan
kota-kota (Soepono, 2002). Terdapat dua macam aglomerasi, yaitu aglomerasi
produksi dan aglomerasi pemasaran (Soepono, 2002). Dikatakan aglomerasi
produksi bilamana tiap perusahaan yang mengelompok/kluster atau beraglomerasi
mengalami eksternalitas positif di bidang produksi, artinya biaya produksi
perusahaan berkurang pada waktu produksi perusahaan lain bertambah. (M,
Firmansyah. 2010. Aglomerasi Usaha dan Implikasinya bagi Kebijakan)
B. Upaya Pengembangan Budidaya Ayam Petelur
1. Budidaya Ayam Petelur
Ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara.
Sentra peternakan ayam petelur sudah dijumpai di seluruh pelosok Indonesia
terutama ada di Pulau Jawa dan
Sumatera, tetapi peternakan ayam telah menyebar di Asia dan Afrika serta
sebagian Eropa.
-
Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:
a.
Tipe Ayam Petelur Ringan.
Tipe
ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai
badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih
bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn.
Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual
di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia
pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini.
Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house.
Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua
kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya
sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan,
dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun,
begitu juga bila kepanasan.
b.
Tipe Ayam Petelur Medium.
Bobot
tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat
ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe
ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat
gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak.
Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat,
maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna
bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai
daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik
yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama.
Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih
mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat
daripada telur putih dan produksinya telur cokelat lebih sedikit daripada telur
putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual
sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.
-
Manfaat ayam petelur
Ayam-ayam
petelur unggul yang ada sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah untuk
menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil kotoran dan limbah dari pemotongan ayam
petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos
atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus dan jeroan ayam dapat
dijadikan sebagai pakan ternak unggas setelah dikeringkan. Selain itu ayam
dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.
-
Hasil Budidaya
a.
Hasil
Utama
Hasil utama dari
budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkan oelh ayam. Sebaiknya
telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi tlur
yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada
pagi hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan kedua pukul 13.00-14.00;
pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada
pukul 15.00-16.00.
b.
Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil
budidaya ayam petelur adalah daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan
kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan pupuk kandang.
c.
Pengumpulan
Telur yang telah dihasilkan diambil dan
diletakkan di atas egg tray (nampan telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan
telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara telur yang normal
dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya
mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal
misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting,
bentuknya lonjong.
d.
Pembersihan
Setelah telur
dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau tinja ayam
dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan amplas besi yang
halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih. Biasanya pembersihan
dilakukan untuk telur tetas. (Santoso, Urip. 2011. Budidaya Ayam Petelur gallus sp.)
Budidaya ayam petelur di Kademangan lebih mUdah
berkembang karena proses pengaturan usaha yang memudahkan peternak untuk
berusaha. Cara yang dilakukan adalah dengan sistem pinjaman untuk biaya pakan.
Jadi peternak tidak terlalu dibebani dengan modal yang besar untuk memulai
usaha ternak. Selain hal itu persatuan diantara kelompok yang mendukung serta
saling bertukar pengalaman antar peternak untuk meningkatkan hasil produksi.
Sehingga kuantitas produksi terus meningkat dari waktu ke waktu.
2. Pengkapuran
Manur Ayam Petelur
-
Manur Ayam
Petelur
Manur merupakan limbah dari budidaya
ayam petelur. Jumlah manur yang dihasilkan bergantung pada skala budidaya ayam.
Semakin besar budidaya maka semakin banyak pula menur yang dihasilkan setiap
harinya. Penanganan limbah ini akan menjadi maslah apabila tidak diolah dengan
benar. Karena manur ini akan menghasilkan bau yang tak sedap. Dengan demikian
akan mengganggu lingkukungan di sekitar lokasi budidaya ayam petelur. Selain
bau dapak negatif lain adalah pencemaran air manur.
Manur, hasil produksi peternakan selain
daging dan telur ayam, mengandung unsur-unsur N, P, dan K yang merupakan
nutrisi bagi tanaman. Akan tetapi, manur menjadi masalah bagi lingkungan jika
jumlahnya berlebih. Gas H2S dan NH3 yang dihasilkan oleh manur merupakan
polutan berbau yang sangat dominan dalam menimbulkan efek merugikan terhadap
ternak dan manusia.
Nitrogen dalam manur hewan terdapat
dalam 2 bentuk, yaitu nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen organik,
misalnya protein, akan diubah secara berangsur-angsur oleh mikrob tanah menjadi
nitrogen anorganik. Nitrogen anorganik dalam manur sebagian besar berbentuk
kation amonium yang stabil di dalam tanah dan terikat pada permukaan partikel
lempung. Apabila ion amonium ini terakumulasi pada tempat penyimpanan manur,
keberadaan air akan menyebabkan pengikatan oksigen air oleh amonium yang
menghasilkan nitrit dan nitrat melalui proses nitrifikasi (Pettigrew 1992).
Proses nitrifikasi terjadi dengan adanya bakteri Nitrosomonas yang
mengoksidasi amonium menjadi nitrit, yang selanjutnya oleh bakteri Nitrobacter
diubah menjadi nitrat. Nitrat tidak
terikat pada partikel lempung sehingga dapat larut terbawa aliran air dan
menimbulkan pencemaran air. Bakteri dari spesies Pseudomonas akan
mengubah nitrat menjadi NH3. ini terjadi pada kondisi netral atau basa
(Pettigrew 1992).(Charlena, Irma H
Suparto, M Farid Humaidi. Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Pelepasan Gas Nh3
pada Manur Ayam Petelur)
Sebetulnya manur ayam dapat bernilai
ekonomis apabila diproses lebih lanjut dengan dijadikan sebagai pupuk organik
ataupun pakan ternak lain. Pupuk organik yang berasal
dari kotoran ayam mempunyai kandungan unsur hara yang beragam, akan tetapi
ditetapkan suatu kesimpulan bahwa unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik
atau pupuk kandang rata-rata 0,5% nitrogen; 0,25% P2O5; dan
0,5% K2O.
Pupuk kandang dengan kandungan unsur hara seperti konsentrasi tersebut di atas
sudah dikatakan berkualitas baik (HAKIM, 1986). Maka dari itu perlu
untuk mengetahui proses pengolahannya agar dapat terjadi budidaya ternak ayam
petelur yang tanpa limbah (zero waste).
Manur ayam terdiri atas feses yang
berasal dari usus besar dan urine yang berasal dari ginjal (Ensminger 1992).
Seekor ayam diperkirakan menghasilkan 0.15 kg manur/hari, yang mengandung 4.8%
nitrogen, 1.8% fosforus, 1.8% kalium, dan 5.5% kalsium. Nitrogen yang berasal
dari protein akan menguap dan jumlahnya berkurang jika dibiarkan terlalu lama
di tempat penampungan.
Jumlah air yang diekskresikan bersama
manur bergantung pada konsumsi air oleh ayam. Kandungan protein yang tinggi
pada ransum ayam petelur menyebabkan kadar air manurnya juga tinggi, yaitu
sekitar 80% (Patrick 1995; Lesson et al. 1995). Kelebihan nitrogen yang
berasal dari protein ransum tersebut akan dibuang dalam bentuk asam urat dalam
urine, proses yang memerlukan banyak air (Sujono et al. 2001). (Charlena, Irma H Suparto, M Farid Humaidi.
Pengaruh Penambahan Kapur Terhadap Pelepasan Gas Nh3 pada Manur Ayam Petelur)
Dari aglomerasi budidaya ayam petelur di Kecamatan
Kademangan. Terdapat ayam petelur sejumlah 2.433.600 ekor di daerah ini, apabila
seekor ayam menghasilkan 0,15kg. Maka
Manur yang dihasilkan oleh ayam perhari di Kecamatan Kademangan sebanyak
365.040 Kg atau 365 ton lebih. Jadi perlunya pengelolaan manur ini untuk
mengolah limbah menjadi lebih ekonomis. Mengingat banyaknya limbah yang
dihasilkan.
-
Lahan Kapur
Lahan kapur yang tersusun atas batuan kapur yang kaya akan kalsium
dan magnesium. Budidaya ayam petelur di lahan kapur secara umum memiliki limbah
kotoran ayam yang tak terlalu berbau. Kondisi lahan yang mendukung ini
mendudung peternak untuk mengembangkan usahanya. Serta limbahnya dapat
dijadikan pupuk dengan kualitas baik untuk pertanian.
Pada peternakan ayam, kapur dapat digunakan untuk membersihkan
lantai kandang, mengeringkan, dan mengurangi bau dari kotoran ayam. Komposisi
utama dari batuan kapur yang dipakai adalah CaCO3 dan MgCO3. Kapur
yang tersedia di pasaran biasanya sudah mengalami proses kalsinasi dengan
pemanasan, sehingga berada dalam bentuk CaO, MgO. Kapur juga sejak lama
digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah pertanian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kapur 1% dan 3% pada
kotoran ayam dapat mengurangi pelepasan gas amonia dan H2S
secara nyata, pH kotoran menjadi lebih tinggi, namun masih dalam kisaran
7,77-8,42. Pada Gambar 1 terlihat jelas pengaruh penggunaan kapur terhadap
pembentukan rata-rata gas amonia dan H2S selama 14 hari masa
dekomposisi (HUTAMI, 1997).
Penggunaan kapur pada kotoran ayam selain mengurangi cemaran amonia ke udara, juga pupuk yang dihasilkan akan mengandung nitrogen yang cukup tinggi, karena tidak banyak nitrogen yang hilang sebagai amonia. Kehilangan nitrogen pada kotoran merupakan kerugian bagi para peternak, karena pupuk yang dihasilkan kualitasnya akan berkurang, kandungan nitrogennya menjadi lebih rendah. (Rachmawati, Sri. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam)
Gambar 1. Pengaruh pemberian kapur terhadap
pelepasan amonia dan hidrogen sulfida. Sumber: HUTAMI, 1997
3. Pengelolaan
Limbah Ayam Petelur
Pengolaan limbah budidaya ayam petelur di Kecamatan
Kademangan. Limbah yang dihasilkan dari budidaya adalah berupa kotoran ayam
atau menur dan polusi udara akibat bau kotoran. Dengan pembudidayaan ayam di
lahan kapur, maka kotoran ayam yang
menjadi penyebab bau dapat diminimalisir. Karena kotoran yang bercampur dengan
kapur, kandungan kapur mengikat gas amoniak dari kotoran untuk tidak keluar.
Pengikatan gas amoniak oleh kapur ini menjadikan kandungan amoniak dalam
kotoran menjadi besar. Gas amoniak berasal dari unsur nitrogen, sehingga
kotoran ayam kaya akan unsur nitrogen. Hal ini menjadikan kotoran ayam dapat
dijadikan pupuk organik tanaman yang berkualitas baik. Dengan demikian pupuk
organik dari kotoran ayam lahan kapur dapat bernilai lebih ekonomis, karena
kualitasnya yang baik.
Limbah kotoran ayam di Kecamatan Kademangan
jumlahnya besar. Karena setiap harinya dapat memproduksi kotoran sebanyak 365
ton. Hal ini menjadi potensi besar untuk peningkatan perekonomian masyarakat
karena apabila dikumpulkan serta diolah secara optimal dapat dijadikan industri
pupuk sederhana. Menghasilkan tambahan hasil sampingan untuk para pembudidaya.
Selain budidaya menjadi ramah lingkungan karena tanpa limbah.
Pengolahan ini memanfaatkan pola kawasan
agropolitan. Sehingga sebuah kawasan tertentu dapat menghasilkan barang yang
siap pakai dengan nilai yang lebih tinggi serta kualitas yang lebih baik.
Dengan pengelolaan yang lebih terpusat akan membuka lapangan pekerjaan kepada
masyarakat setempat. Bentuk ini akan meningkatkan interkasi antar sektor.
Jadi, Produsen pembudidaya ayam petelur hanya perlu
mengumpulkan manur ayam kepada pusat pengolahan limbah. Di pusat pengolahan
limbah ini manur akan diproses untuk diolah menjadi pupuk organik yang lebih
berkualitas. Dengan pengolahan dan pembungkusan yang baik akan meningkatkan
nilai jual manur ayam. Hasil olahan
menjadi siap untuk dijual ke pasar dengan nilai tinggi karena siap pakai.
4. Pemasaran
Pemasaran manur ayam di daerah-daerah yang memiliki
potensi pertanian. Sehingga pupuk organik akan lebih bernilai. Hal ini
menjadikan daerah yang kurang produktifpun dapat memproduksi pupuk organik
untuk daerah produktif pertanian. Pengemasan yang baik akan meningkatkan nilai
jual.
Pemasaran yang tepat sasaran akan menjadi jembatan
untuk memperoleh pelanggan sehingga terjadi interaksi antar sektor ekonomi yang
lebih bernilai serta barang yang dipasarkan lebih berkualitas. Karena pemusatan
pengolahan manur akan lebih terfokus untuk meningkatkan serta mengembangkan
hasil produksi pupuk organik.
C. Kendala
Pengembangan Ayam Petelur
1. Sumber
Daya Manusia
Kendala utama dalam pengembangan budidaya ayam
petelur terkait dengan pengolahan limbah manur ayam adalah sumber daya manusia
yang belum memenuhi. Masyarakat hanya mengambil dan menjual hasil manur ayam.
Hal ini membuat manur kurang bernilai dan harga jualnya rendah. Proses
pengemasannya pun hanya dalam karung bekas. Dijual dengan kisaran 4000-5000
rupiah per karung. Belum ada masyarakat yang mampu untuk mengolah limbah-limbah
tersebut untuk lebih bernilai.
2. Fasilitas
Pengolahan Limbah
Limbah manur ayam yang setiap hari diperoleh dari
budidaya ayam petelur tidak dioleh dengan baik. Hal ini dikarenakan belum
terdapatnya fasilitas pengolahan limbah dari peternakan ayam petelur. Sehingga
para peternak langsung menjual ataupun membiarkan manur ayam itu tertumpuk
tidak ada upaya untuk mengolah ataupun upaya untuk mengembangkan limbah manur
ayam.
3. Motivasi
dan Perspektif Masyarakat
Minat untuk mengolah manur ayam untuk lebih bernilai
masyarakat Kecamatan Kademangan masih rendah. Hal ini terjadi karena masyarakat
mempunyai pandangan terhadap manur ayam tidak boleh untuk diperjual belikan.
Sehingga yang beminat silahkan untuk diambil sendiri ke peternakan. Pola pikir
ini yang menurunkan motivasi untuk mengolah manur ayam petelur.
D. Solusi
atan Kedala yang dihadapi
1. Penyuluhan
dan Pelatihan
Penyuluhan kepada pembudidaya peternakan ayam
petelur untuk meningkatkan produktifitas ayam serta pengolahan limbah.
Penyuluhan, sosialisasi ataupun pelatihan akan meningkatkan kemampuan peternak
dalam mengolah limbah. Penyuluhan ini dilakukan oleh dinas serta lembaga
terkait.
Peningkatan kapasitas peternak ini diharapkan akan
dapat berkembang diantara peternak, sehingga muncul rasa untuk mengembangkan
peternakan sesuai dengan tuntutan zaman. Agar peternak tidak kalah bersaing
dengan peternak daerah lain dalam hal peningkatan mutu produksi.
Penyuluhan dan Pelatihan merupakan upaya evaluasi
serta monitoring pemerintah dalam mengontrol keadaan peternak agar tidak
terjadi ketimpangan dalam teknik beternak. Sehingga terwujudnya pemerataan
kemampuan beternak ayam petelur. Pemerataan ini akan meningkatkan produktifitas
daerah kawasan peternakan.
2. Pengadaan
Pusat Pengolahan Limbah
Pusat pengolahan limbah di Kecamatan Kademangan
perlu diadakan untuk memusatan hasil limbah. Pemusatan ini dilakukan agar
limbah yang dihasilkan dapat dipelajari yang selanjutnya akan dimodifikasi
serta dikembangkan. Sehingga akan meningkatkan mutu limbah yang akan diproses
menjadi pupuk organik yang berkualitas tinggi.
Penyuluhan dan Pelatihan akan meningkatkan kemampuan
peternak yang sebagian atau orang lain yang bertugas di pusat pengolahan limbah
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, serta membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat setempat. Dengan pusat pengolahan limbah ini dapat mempelajari manur
ayam, hal ini dapat mempelajari pula kesehatan ayam sebagai organisme yang
mengeluarkan manur.
3. Manajemen
Manur Ayam
Untuk mengubah perspektif masyarakat terhadap manur
ayam, perlu untuk memenejemen manur ayam. Hal ini dilakukan agar pandangan
masyarakat melihat manur bukan hanya limbah namun sebuah hasil budidaya yang
akan meningkatkan perekonomian bersama, jadi tidak semata-mata menjual kotoran.
Namun manur diolah dahulu serta dikemas dengan baik untuk meningkatkan kualitas
pupuk organik dari manur ayam.
Tehnik pengumpulannyapun tidak menggunakan jual beli
manur mentah. Namun manur diambil oleh pusat pengolahan limbah manur, sehingga
peternak memberikan manur secara cuma-cuma. Walaupun diambil secara cuma-cuma
dari peternak ayam petelur, hasil pemasaran olahan manur akan masuk kepada
koperasi peternak ayam petelur. Sehingga terwujud peningkatan pendapatan
bersama. Serta dengan koperasi ini dapat membantu peternak baru maupun peternak
kecil untuk mengembangkan peternakannya.
Bentuk manajemen manur ayam ini akan merubah
pandangan masyarakat yang memandang manur hanya sebuah limbah dan kotoran ayam
menjadi barang berharga yang dapat mengembangkan bahkan membantu peternak lain.
Dengan demikian akan meningkatkan motivasi peternak untuk mengolah manur dan
peternakan akan semakin ramah lingkungan karena tanpa limbah.
4. Pemasaran
Pemasaran pupuk organik olahan manur ayam tersebut
dibawah pengawasan pusat pengolahan limbah. Jadi dengan demikian dapat membuka
lapangan pekerjaan lebih luas. Masyarakat setempat lebih berpengaruh terhadap
perkembangan kawasan peternakan di Kecamatan Kademangan.
Pemasaran dilakukan keluar daerah, dengan sasaran
pasar daerah produktif pertanian. Dengan pengemasan serta kualitas yang tinggi
dari manur ayam maka akan menarik banyak konsumen. Konsumen tersebut berasal
dari petani lahan produktif. Maka akan terjadi interaksi antar daerah yang
semakin kuat.
Comments