Geografi Pertanian Sistem Pertanian Eropa
SISTEM PERTANIAN EROPA
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Geografi Pertanian
Yang dibimbing oleh Bapak Drs. Henry Purwito,M.Si
Oleh :
Onie Aprilia 120721435438
Ringga Pridiatama 120721435484
Rizal Anggara Mukti 120721435435
Yulianto 110721435149
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
GEOGRAFI
APRIL 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Menurut
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 menyatakan bahwa Pertanian adalah kegiatan
mengelola sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi,
modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk menghasilkan. Komoditas Pertanian yang mencakup tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, dan/atau
peternakan dalam suatu
agroekosistem. Pangan merupakan kebutuhan primer tiap manusia tak terkecuali
masyarakat dalam suatu negara. Kebutuhan pangan tidak lepas dari peran sektor
pertanian sebagai produsen kebutuhan pangan itu sendiri.
Sistem
pertanian adalah pengelolaan komoditas tanaman untuk memperoleh hasil yang
diinginkan yaitu berupa bahan pangan, keuntungan finansial, kepuasan batin,
atau gabungan dari ketiganya. Sistem pertanian erat hubungannya dengan
pengelolaan hingga hasil / komoditas pertanian kedepannya. Sistem pertanian
juga berhubungan dengan keberlanjutan kegiatan pertanian berikut dengan
permasalahan maupun resiko yang akan dihadapi dari masa ke masa.
Eropa
merupakan negara yang memiliki luas lahan pertanian lebih dari setengah
daratanya. Keadaan ini menyebabkan penyerapan tenaga kerja yang besar pada
sektor pertanian. Beberapa daerah pertaniannya tergolong yang tersubur di
dunia. Banyak negara Eropa mengkhususkan diri dalam menghasilkan produksi
pertanian tertentu. Mereka saling melengkapi dan berdagang. Sebagai contoh
adalah negara Belanda yang unggul dalam produksi susu dan aktif mengimpor
gandum dari negara-negara di Eropa lainnya. Hampir seluruh wilayah pertanian di
eropa Barat dimiliki oleh swasta. Selain itu mereka juga berternak dengan
komoditas sapi, babi, domba, dan unggas.
Sistem
pertanian Eropa memiliki ciri khas yang membedakan dengan daerah yang lain.
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa sistem pertanian di Eropa beserta
masalah yang dihadapi.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
kondisi
umum pertanian di Eropa?
2.
Bagaimana Sistem Pertanian Campuran
diterapkan?
3.
Bagaimana North Europe Farming System
diterapkan?
4.
Bagaimana Mediterrean Farming System
diterapkan?
5.
Bagaimana Sistem Pertanian Skala Besar
diterapkan?
6.
Apa
saja hambatan yang ditemui
dalam sistem pertanian tersebut?
C. Tujuan
Untuk mengetahui
:
1.
Kondisi pertanian di Eropa.
2.
Penerapan sistem pertanian campuran di
Eropa.
3.
Penerapan North Europe Farming System di
Eropa.
4.
Penerapan Mediterrean Farming System di
Eropa.
5.
Penerapan Sistem Pertanian Skala Besar
di Eropa.
6.
Hambatan
yang ditemui dalam penerapan sistem pertanian di Eropa.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pertanian di Eropa
Sekitar tahun 1998 perkembangan pertanian organik
semakin erat hubungannya dengan produksi ternak. Akibatnya, sistem pertanian
organik yang paling umum digunakan di Eropa dilatarbelakangi oleh pakan ternak
yang di rotasi dan dikombinasikan dengan produksi pertanian. Jadi, aktivitas
pertanian sangat erat timbal baliknya dengan aktivitas produksi ternak (Olesen
et al, 1998)
Perkembangan permintaan pasar pada sereal organik semakin
naik seiring dengan perkembangan produksi secara organik yang ramah lingkungan
(Lampkin, 1996). Kondisi yang demikian menguntungkan untuk promosi sistem
pertanian sebagai tren diperkirakan meningkat beberapa tahun kedepan.
Arable Farming System (AFS) berhadapan dengan masalah
teknis seperti manajemen nitrogen (David, 1997) dan pengendalian gulma
(Thomas et al, 1994), yang mempengaruhi kelangsungan hidup
ekonomi terutama keberlanjutannya di masa depan. Oleh karena itu, terdapat
kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut, konsep dan alat-alat, untuk
meningkatkan konversi dan mengembangkan sistem yang berkelanjutan.
Selama sepuluh tahun terakhir, situasi pasar
berkembang pesat untuk pemenuhan sereal
organik telah menciptakan situasi yang menguntungkan bagi sistem pertanian
garapan khusus.Sereal organik awal telah diproduksi oleh peternakan
campuran. Namun, penggunaan pupuk impor menyebabkan intensifikasi dan
spesialisasi dan pengembangan diterapkan dalam sistem pertanian yang subur.
Dalam rangka untuk menanggapi permintaan besar sereal
organik, sistem pertanian subur baru-baru ini diubah menjadi sistem pertanian
organik. Meskipun demikian, perkembangan terakhir ini dibagi antara negara
dan wilayah, karena kondisi iklim dan konteks pertanian. Dengan demikian,
empat AFS dapat diidentifikasi.
B. Sistem Pertanian Eropa
1. Sistem pertanian campuran (mix)
Biasanya
dikembangkan pada daerah iklim sedang terutama Eropa Barat yakni Inggris.
Sistem ini berlandaskan produksi tanaman hasil panen pakan ternak (lebih dari
40% wilayah) dikombinasikan dengan sereal. Dalam rotasi yang panjang (8 hingga
10 tahun), sereal (biji-bijian) sebelumnya seperti kacang polong, dipupuk
dengan pupuk kandang.
Pertanian
campuran adalah sistem agraria yang mencampur pertanian subur dengan peningkatan
ternak kontemporer. Ketika sebuah peternakan bersama-dengan produksi tanaman
berbasis pertanian seperti unggas, peternakan sapi perah atau lebah, maka
sistem ini pertanian dikenal sebagai campuran pertanian. Ini adalah sistem yang
dominan di Eropa dan sekarang di beberapa bagian India, di mana sebagian besar
peternakan memiliki campuran bidang dan padang rumput. Pada awalnya digunakan
untuk konsumsi sendiri, tapi sekarang di negara-negara maju seperti Amerika
Serikat, Jepang, dll, ini adalah dilakukan untuk tujuan komersial. Misalnya,
pertanian yang sama dapat tumbuh tanaman sereal, dan memelihara sapi, domba,
babi atau unggas.
Seringkali
kotoran dari ternak yang digunakan untuk menyuburkan tanaman sereal . Sebelum
kuda yang digunakan untuk pengangkutan, banyak ternak jantan muda dimanfaatkan
dagingnya serta dimanfaatkan tenaganya untuk mengangkut gerobak dan bajak.
Sistem
pertaniannya sebagai berikut:
·
Menjaga
kesuburan tanah dengan mendaur ulang unsur hara tanah dan memungkinkan
pengenalan dan penggunaan rotasi antara berbagai tanaman dan kacang-kacangan
hijauan dan pohon-pohon, atau tanah untuk tetap ditanami dan rumput dan
semak-semak untuk menjadi dibangun kembali;
·
Menjaga
keanekaragaman hayati tanah, mengurangi erosi tanah, membantu melestarikan air
dan menyediakan habitat yang cocok untuk burung;
·
Membuat
penggunaan terbaik dari sisa tanaman. Ketika mereka tidak digunakan sebagai
pakan, batang dapat dimasukkan langsung ke dalam tanah, di mana, untuk beberapa
waktu, mereka bertindak sebagai perangkap nitrogen, memperburuk kekurangan. Di
daerah semi-kering tropis, hasil tindakan rayap hilangnya nutrisi sebelum musim
tanam berikutnya. Membakar, alternatif lainnya, meningkatkan emisi karbon
dioksida; dan
·
Memungkinkan
intensif pertanian, dengan kurang ketergantungan pada sumber daya alam dan
melestarikan keanekaragaman hayati yang lebih daripada yang terjadi jika
tuntutan makanan yang harus dipenuhi oleh tanaman dan ternak kegiatan yang
dilakukan dalam isolasi.
2. North Europe
Arable Farming System
Sistem
pertian ini diwakili oleh negara-negara di Eropa Utara seperti Denmark, Jerman,
dan Belanda. Perbedaan dengan sistem pertanian campuran adalah sudah menerapkan
intensifikasi dan spesialisasi dalam pertanian konvensional. Dari proses
spesialisasi ini telah terbentuk norma atau aturan mengenai pertanian organik,
terutama yang berkaitan dengan pemberian pupuk dan budidaya serat dan
konsentrat (Baars, 1998).
Saat ini jenis tanaman yang ditanam mayoritas mengarah pada produksi tanaman
yang menghasilkan untung yang tinggi seperti kentang dan gula dengan jangka
waktu rotasi pendek sekitar 3 – 4 tahun tanpa memikirkan kandungan Nitrogen
dalam tanah. Namun, semua kerugian materi organik tanah yang ditimbulkan, diatasi dengan memberikan masukan kotoran peternakan
organik. Sedangkan dalam penggunaan pupuk buatan dilarang atau bahkan dibatasi
oleh standar produksi organik (EC Ref. 2092/91). Meskipun
demikian, off-farm pupuk organik (yaitu guano-vinasse) digunakan
sampai batas tertentu meskipun biaya pemupukan besar (Von Fragstein et
al, 1998).
3.
Mediterranean
Farming System
Berdasarkan
penggunaan sistem irigasi, sereal (seperti gandum, jagung, dan bunga matahari)
dan kacang-kacangan berbiji (seperti kedelai dan kacang polong) merupakan jenis
tanaman yang ditanam. Dasar pemeliharaan tingkat produksi tanaman dan sumber
nitrogen organik tanah sangat bergantung pada konsep “pemeliharaan kesuburan”
melalui perbaikan kandungan nitrogen
pada kacang-kacangan dan off-farm pada sumber nitrogen (pupuk kandang dan
organik). Munculnya sistem ini berkat dana publik dari bentukan pembayaran
langsung pada sereal dan tanaman berbiji dan bantuan konversi dengan
langkah-langkah yang menyertainya (Lampkin dan Padel, 1994) serta dilengkapi
dengan meningkatnya harga jual.
Pada sistem
pertanian ini tanaman yang dibudidayakan dalam tiga kelompok, yaitu:
·
Budidaya
dengan rotasi tanaman 4 tahun sekali dengan urrutan jenis tanaman sereal,
kacang-kacangan, tumbuhan daun lebar tahunan lainnya.
·
Budidaya
dengan rotasi tanaman 3 tahun sekali dengan urutan jenis tanaman leguminosa,
sereal, dan tumbuhan berdaun lebar.
·
Budidaya
dengan rotasi tanaman 2 tahun sekali dengan urutan jenis tanaman leguminosa dan
sereal.
4.
Sistem
pertanian skala besar
Baru-baru ini sistem pertanian dengan lahan (tanah)
yang baik untuk ditanami telah dibentuk dalam skala besar di berbagai daerah
dengan ketersediaan lahan. Hal tersebut
direpresentasikan pada negara-negara Eropa bagian Timur. Dengan
pembukaan lahan yang semakain meningkat. Sehingga dapat meningkatkan hasil
produksi secara drastis. Pertanian skala besar ini biasanya dilakukan dengan
monokultur. Sehingga akan merusak keanekaragaman hayati di daerah tersebut. Sistem ini menggunakan prinsip-prinsip pembatasan
biaya input serta perbaikan produksi dengan skala lahan yang luas. Oleh karena
itu, penggunaan pupuk kandang dari peternakan konvensional sangat memungkinkan
proses intensifikasi (Kovack dkk, 1998).
Pertanian
dengan skala besar melibatkan tuan tanah atau perusahaan besar yang menguasai
lahan pertanian yang begitu luas. Pertanian dengan skala besar harus didukung
dengan teknologi pertanian yang maju, sumberdaya manusia yang tinggi dan modal
yang besar. Oleh karena itu pertanian dengan skala besar dilakukan oleh
sekelompok orang ataupun perusahaan yang cukup bermodal kuat.
Karena sistem baru pertanian tersebut, maka muncullah
masalah baru dalam hal teknis yang dapat mempengaruhi keuntungan dari
spesialisasi sistem ini. menghadapi hal tersebut, sangat penting untuk fokus
pada penelitian kedepannnya untuk meningkatkan metodologi penelitian guna hasil
yang lebih baik.
5. Sistem Pertanian Organik
Prinsip dalam sistem ini adalah
mengharamkan penggunaan bahan kimia apapun jenisnya mulai dari pemilihan benih
sampai pasca panen. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu
yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik,
menekan pencemaran udara, tanah, dan air. Di Eropa, sistem pertanian organik
adalah sistem yang paling cepat pertumbuhannya dewasa ini karena sistem ini
didukung oleh pemerintah dan universitas-universitas utama Eropa. Demikian juga
dengan rakyat Eropa yang makin sadar kesehatan dan lingkungan.
Pertanian Organik adalah sistem
produksi pertanian yang menghindari atau sangat membatasi penggunaan pupuk
kimia (pabrik), pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan aditif pakan.
Budidaya tanaman berwawasan
lingkungan adalah suatu budidaya pertanian yang direncanakan dan dilaksanakan
dengan memperhatikan sifat-sifat, kondisi dan kelestarian lingkungan hidup,
dengan demikian sumber daya alam dalam lingkungan hidup dapat dimanfaatkan
sebaik mungkin sehingga kerusakan dan kemunduran lingkungan dapat dihindarkan
danmelestarikan daya guna sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Di sisi lain, pertanian organik
meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara flora, fauna dan manusia.
Penggunaan masukan di luar pertanian yang menyebabkan degradasi sumber daya
alam tidak dapat dikategorikan sebagai pertanian organik. Sebailknya, sistem
pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun mengikuti aturan
pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik, meskipun
agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik.
Praktek pertanian yang menggunakan
bibit unggul yang dihasilkan oleh perusahaan benih, bahan-bahan kimia buatan
pabrik (agrokimia) baik untuk pemupukan lahan dan pengendalian hama awalnya
dirasakan dapat meningkatkan hasil produksi pertanian. Namun, setelah beberapa
dekade, praktek tersebut menimbulkan permasalahan khususnya terhadap kerusakan
ekosistem lahan pertanian dan kesehatan petani itu sendiri.
Penurunan
hasil pertanian yang dibarengi dengan meningkatnya daya tahan hama dan penyakit
tanaman, disebabkan karena fauna tanah yang bermanfaat bagi tanaman semakin
berkurang dan mikroorganisme yang berguna bagi kesuburan tanah pun nyaris
hilang akibat pemakaian input agrokimia yang berlebihan. Bahkan, hama dan
penyakit tanaman bukannya menurun, tapi justru semakin kebal terhadap
bahan-bahan kimia tersebut. Sehingga, petani memerlukan dosis yang lebih tinggi
lagi untuk membasminya. Ini artinya, petani tidak saja menebar racun untuk
membasmi hama dan penyakit, tetapi juga meracuni dirinya sendiri.
Pertanian organik adalah teknik
budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan
bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan
produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan
produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat
demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa
produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes),
kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan
(eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan
permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.
C. Hambatan
khusus dan masalah yang dijumpai
·
Manajemen
kandungan Nitrogen
Dalam
sistem pertaian ini, penggunaan puupuk kandang lebih panjang bahkan sepenuhnya
dilakukan oleh petani. Dengan demikian, jumlah N yang dibutuhkan seringkali
melebihi kebutuhan N yang diimpor, sehingga anggaran N negatif bagi tanaman
(Patriquin, 1986). Akibatnya kekurangan nitrogen mempengaruhi hasil dan
kualitas produksi.
·
Pengendalian
gulma (rumput liar)
Pengendalian
rumput liar sangat sulit pada sistem pertanian ni (Rasmussen, 1996). Dengan
rendahnya tanaman pangan dan rotasi tanaman yang pendek, menyebabkan persebaran gulma meningkat
(Bulson dkk,1997) yang berlangsung dalam jangka panjang sehingga menurunkan
hasil produksi.
·
Degradasi
tanah
Sebagian
kecil dari tanah dengan praktik tanam intensif memang membaik, misalnya pada
tanaman jagung, tebu, dan kentang. Penggunaan pemupukan yang rendah memicu
degradasi tanah yang signifikan terjadi terutama pada tanah berpasir dan tanah
liat.
·
Perlindungan
tanaman
Keberadaan
hama dan penyakit pada sereal difasilitasi oleh adanya rotasi yang pendek,
pemberian Nitrogen secara intensif, serta arsitektur tanaman yang jarang.
Selain itu, perkembangan predator dan laba-laba yang terjadi , sedangkan hasil
produksi pada kacang-kacangan berkurang. Hama dan penyakit harus dikendalikan
melalui metode pencegahan seperti percampuran varietas, rotasi jangka panjang,
jarak tanam, serta penyisipan tanaman istirahat.
·
Ketersediaan
sumber daya air
Selain
faktor pertumbuhan iklim, air sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Elhers, 1997). Dalam kondisi pasokan air terbatas, kekuatan kompetitif
pertanian organik untuk pertanian konvensional akan meningkat sehubungan dengan
menghasilkan dan efisiensi penggunaan air. Namun, kelangsungan hidup
Mediterania AFS tergantung pada air dan penggunaan pemupukan efisiensi yang
dipengaruhi oleh intensitas dan petani praktek budaya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
uraian sistem pertanian yang berlaku di Eropa, dapat disimpulkan bahwa skala
lahan pertanian yang digunakan tergolong besar. Penggunaan pupuk organik gencar
dilakukan sekaligus penggunaan dari hasil kotoran ternak. Penerapan rotasi
tanaman juga dilakukan dengan tiga tipe dengan perbedaan periode waktu dan
jenis tanaman. Beberapa permasalahan yang ditemui adalah manajemen kandungan
Nitrogen, pengendalian rumput liar, degradasi tanah, ketersediaan sumber daya
air, serta perlindungan tanaman.
Daftar Rujukan
Ø http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-pertanian-di-eropa/ (diakses tanggal 24 Maret 2015)
Comments